SuaraKalbar.id - Salah satu metode penanganan terhadap pemyakit kanker saat ini adalah Kemoterapi. Meskipun, kemoterapi diketahui dapat menimbulkan berbagai efek samping dan resiko.
Sebagai salah satu modalitas utama tatalaksana kanker berpotensi menyebabkan efek samping dan risiko ini dapat diminimalisir, ungkap Kepala Departemen dan KSM Ilmu Kesehatan Anak RSUP Hasan Sadikin, Dr. dr. Susi Susanah, Sp.A(K), M.Kes memgatakan, efek sampingbatau resiko terhadap kemoterapi rupanya dapat diminimalisir.
"Risiko efek samping ini dapat diminimalisir melalui mitigasi dengan cara mengenal karakteristik obat kemoterapi, karakteristik pasien dan penanganan efek samping," kata dia dalam sebuah webinar kesehatan, mengutip Antara Minggu (20/2/2022).
Adapun sejumlah efek samping yang bisa dirasakan pasien menurut Susi, diantaranya nyeri, rambut rontok, konstipasi, diare, neurotoksisitas, mual dan muntah, demam hingga kebocoran cairan.
Efek samping ini berdasarkan waktu munculnya, bisa bersifat segera atau dalam 24 jam pertama seperti mual, muntah, kemerahan pada kulit, nyeri saat berkemih dan menggigil; dini atau atau hitungan hari hingga minggu misalnya stomatitis, rambut rontok, diare; bahkan tahunan seperti sirosis hepatis, keganasan dan infertilitas.
Pasien yang mengalami mual dan muntah karena kemoterapi dapat menurun kualitas hidupnya, ketidakseimbangan metabolik, anoreksia sehingga berujung malnutrisi, masa rawat inap yang lama dan terancamnya keberlangsungan hidup karena keterlambatan atau penundaan siklus kemoterapi.
"Faktor yang mempengaruhi kejadian mual dan muntah seperti tipe, dosis dan jadwal kemoterapi serta individu pasien yang dipengaruhi usia dan gender," kata Susi.
Menurut Susi, tenaga kesehatan umumnya sudah mengenali obat-obat kemoterapi yang menyebabkan mual dan muntah dengan derajat minimal atau ringan, sedang hingga tinggi. Pasien yang diberikan obat-obatan jenis high emetogenic umumnya akan mendapatkan antiemetik atau antimuntah sebelum kemoterapi dilakukan.
Selain mual dan muntah, pasien juga bisa merasakan efek mukositis yang dikaitkan dengan kemampuan nyeri, makan dan menelan pasien. Perawat, bisa bekerjasama dengan orangtua dan dokter untuk menjaga kebersihan rongga mulut pasien misalnya dengan berkumur, menyikat gigi sampai pada tahap yang terakhir memerlukan terapi medikamentosa.
Baca Juga: Tidak Hanya untuk Campuran Masakan, Ini 5 Manfaat Belimbing Wuluh bagi Kesehatan
Di sisi lain, selama kemoterapi, pasien juga dapat berisiko mengalami kebocoran cairan atau obat sehingga obat yang diberikan melalui intravena bisa memunculkan gejala seperti nyeri, gangguan sensasi seperti bengkak, panas, kesemutan dan pendarahan. Kejadian ini bisa berkurang salah satunya dengan pemilihan vena yang sesuai.
Kemoterapi bertujuan menghancurkan sel-sel kanker dengan mempengaruhi sintesis atau fungsi DNA sehingga dapat menghambat atau merusak siklus sel kanker. Tetapi, terapi ini juga dapat menghancurkan sel-sel normal, sehingga di dalam pelayanan tatalaksana kemoterapi selain manfaat yang diambil, pasien kanker menghadapi risiko berupa efek samping, meskipun tidak selalu terjadi dan bersifat individual.
"Sebagian dapat diprediksi dan ini salah satu yang harus dikomunikasikan kepada orang tua dan pasiennya kalau (dia) sudah remaja. Antisipasi dalam memberikan kemoterapi khususnya pasien kanker anak yakni mengenali karakteristik obat kemoterapi, mengantisipasi efek samping sehingga bisa mempersiapkan penanganan efek samping tersebut dan persiapan selama dan pasca kemoterapi," jelas Susi.
Dia mengingatkan, dalam pemberian kemoterapi, ada banyak faktor yang harus diperhatikan yakni jenis kanker, stadium kanker, usia pasien, status kesehatan pasien dengan sebagian ada penyakit-penyakit yang menyertai. Menurut dia, peran perawat kompeten yang menjadi bagian dari tim multidisiplin tatalaksana kanker termasuk faktor penting dalam keberhasilan terapi.
Berita Terkait
-
Tidak Hanya untuk Campuran Masakan, Ini 5 Manfaat Belimbing Wuluh bagi Kesehatan
-
Bakal Ada Syarat Tambahan Saat Membuat SIM, Wajib Memiliki BPJS Kesehatan?
-
Tinggal di Negara Paling Bahagia di Dunia Justru Meningkatkan Tekanan Batin, Kok Bisa?
-
Gejala Kanker, Sensasi Saat Bangun Pagi Hari Ini Bisa Jadi Tanda Awalnya!
-
Bikin Nyesek! Pria Ini Tulus Rawat Istrinya yang Lagi Hamil dan Idap Kanker Tulang, Warganet Ikut Terenyuh
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
Terkini
-
BRI Perluas Inklusi Keuangan Lewat Teras Kapal untuk Wilayah Pesisir
-
Bocah 10 Tahun Tewas Tenggelam saat Banjir Rob, Wali Kota Imbau Orang Tua Perketat Pengawasan
-
Poster Roadshow Pengobatan Alternatif di Pontianak Dipastikan Hoaks, Diskominfo Imbau Warga Waspada
-
Suami-Istri Tewas Setelah Sepeda Motor Tabrak Gorong-Gorong di Mentebah Kapuas Hulu
-
Bocah 10 Tahun yang Hilang Saat Banjir Rob di Pontianak Ditemukan Meninggal Dunia