SuaraKalbar.id - Guru Besar Teknik Sipil Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak Prof Henny Herawati mengungkapkan, tanda-tanda perubahan iklim di Kalimantan Barat dapat dilihat melalui perubahan aliran sungai.
Pada penelitian yang dilakukan di Sanggau, tahun 2015 ditemukan bahwa terjadi perubahan signifikan pada daerah aliran Sungai Kapuas.
Pada penelitian tersebut, debit air Sungai Kapuas pada Maret 2015 terlihat masih tinggi. Namun kondisinya berubah drastis sekitar November yang menunjukkan pendangkalan sungai akibat kekeringan.
"Salah satu tanda perubahan iklim ditandai dengan perubahan aliran sungai. Septermber 2015 kita bisa jalan kaki (di Sungai Kapuas). Bahkan bisa dibuat masyarakat setempat sebagai lomba motor dan rekreasi," tutur Henny di Pontianak, Selasa.
Selain itu, Henny juga berpendapat bahwa pendangkalan atau kekeringan di aliran Sungai Kapuas menjadi indikasi rusaknya lingkungan di Provinsi Kalimantan Barat.
"Hal ini dikarenakan adanya alih fungsi lahan mengurangi secara signifikan daerah resapan limpasan air hujan," katanya.
Hal tersebut menjadi bukti adanya perubahan besar pada kondisi hutan di aliran Sungai Kapuas. Jumlah vegetasi berkurang sehingga limpasan air hujan langsung terbuang ke sungai.
Hal itu ditandai dengan debit air yang tinggi di hulu Sungai Kapuas dan berkurang drastis di daerah hilir.
"Kondisi debit air ini tidak bisa kita pungkiri terjadi deforestrasi yang menyebabkan limpasan air menjadi tidak terkendali. Akibatnya terjadi perubahan di daerah aliran Sungai Kapuas," ungkapnya melansir Antara.
Sementara itu, Direktur Yayasan Natural Kapital Indonesia, Haryono mengungkapkan, tanda perubahan iklim yang paling terlihat di Pontianak adalah terjadinya banjir rob.
"Banyak pihak tidak percaya perubahan iklim karena jangkauan melewati jangkauan umur kita. Jadi merasa hal itu fenomena alam yang memang sudah seharusnya terjadi," katanya.
Padahal menurut Haryono, anomali suhu di Indonesia sudah terjadi sejak penelitian terakhir tahun 1981. Hampir seluruh wilayah di Indonesia mengalami kenaikan suhu.
"Perubahan iklim itu 90 persen penyebabnya karena aktivitas manusia. Anomali suhu 1981 sampai 2021, hampir rata semuanya sudah naik suhu dibanding 1981 dan perubahan iklim sudah terjadi," terangnya.
Sayang kata Haryono, bancana akibat perubahan iklim hanya direspon melalui penanganan bencana. Belum ada langkah konkrit pemerintah untuk melakukan mitigasi bencana terkait perubahan iklim.
Tag
Berita Terkait
-
Viral di Tiktok, Pemudik Asal Kalbar Nekat Menaikkan Motor ke Atas Mobil, Netizen: Itu Bukan Mudik, Tapi Ngungsi!
-
Pemprov DKI Ungkap Kemungkinan Perusahaan yang Disanksi karena Debu Batu Bara di Marunda Bertambah
-
Warga Desa Kapur Alami Pencurian dengan Kekerasan saat Pulang Bekerja, Iphone 13 Raib Digondol Maling
-
Limbah Industri Bikin Populasi Ikan di Sungai Citarum Terancam Punah, Warga Minta Dinas Lingkungan Hidup Bertindak
-
Pengadilan Agama Sanggau Kabulkan 127 Pengajuan Dispensasi Nikah, Angka Pernikahan Dini Masih Tinggi?
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
Terkini
-
BRI Pertimbangkan Buyback untuk Perkuat Nilai dan Kinerja Berkelanjutan
-
BRI Dorong Ekonomi Hijau Lewat Pameran Tanaman Hias Internasional FLOII Expo 2025
-
BRI Hadirkan Semangat Baru di USS 2025: The Name Got Shorter, The Vision Got Bigger
-
BRImo Makin Gacor, Transaksi Tembus Rp.5000 Triliun
-
KUR BRI: Bukan Sekadar Pinjaman, Tapi Katalis Ekonomi Rakyat