Scroll untuk membaca artikel
Bella
Jum'at, 28 Maret 2025 | 16:12 WIB
Ilustrasi bandara (shutterstock)

Kedua, kondisi angin yang lemah turut berperan.

Sirkulasi udara yang minim pada pagi hari menyebabkan uap air terperangkap di lapisan bawah atmosfer, sehingga awan rendah terbentuk dan menetap hingga matahari mulai memanaskan permukaan.

Fenomena ini biasanya terlihat antara pukul 05.30 hingga 08.00 WIB, saat suhu masih rendah dan radiasi matahari belum cukup kuat untuk menghilangkan kabut.

Ketiga, faktor geografis Kalimantan Barat, yang dikelilingi lautan dan sungai besar seperti Sungai Kapuas, juga berkontribusi.

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Tips Maksimalkan 3 Malam Terakhir Ramadan di Pontianak

Evaporasi dari badan air ini meningkatkan kelembapan udara lokal, menciptakan kondisi ideal bagi pembentukan awan rendah, terutama pada musim peralihan seperti akhir Maret.

Berbeda dengan kabut asap akibat kebakaran hutan, awan rendah ini bersifat alami dan tidak mengandung polutan.

Meski demikian, faktor cuaca lokal di Kalimantan Barat, seperti kelembapan tinggi dari Sungai Kapuas dan laut, suhu rendah di pagi hari, serta angin lemah, konsisten menjadi pemicu awan rendah dan kabut.

Kasus-kasus ini menegaskan bahwa Bandara Supadio rentan terhadap gangguan cuaca, terutama pada musim transisi seperti Maret-April. 

Hal ini, tentu memicu kekhawatiran penumpang, terlebih saat ini menjelang hari Raya Idul Fitri dimana bandara dipenuhi oleh para pemudik, khususnya di Bandara Internasional Supadio Pontianak.

Baca Juga: Misteri Dua Bocah Bawa Perlengkapan Panahan di Megamall Pontianak, Ada Apa?

Load More