SuaraKalbar.id - Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menuturkan pemerintah Kota Pontianak masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) terutama guru.
Hal ini salah satunya dipicu oleh banyaknya guru yang pensiun setiap tahunnya. Bahkan jumlahnya mencapai ratusan.
Sementara itu, setiap usulan yang diajukan ke pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidik sesuai dengan analisis dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, rata-rata yang dipenuhi hanya sekitar 40 hingga 50 persen saja.
"Jumlah guru yang pensiun sekitar 200-300 guru setiap tahunnya," ujar Edi Rusdi Kamtono seperti dikutip dari Antara, Minggu (26/7/2020).
Baca Juga:Kurban Ratusan Hewan, MUI Batam Dukung Putra Siregar Pecahkan Rekor MURI
Situasi sedemikian rupa mengakibatkan tenaga guru tidak terpenuhi secara optimal.
Walhasil, tenaga guru honorer menjadi salah satu jalan keluar untuk mengatasi kekurangan tersebut.
"Ini suatu problem tersendiri yang menjadi pekerjaan rumah kita dalam menyelesaikan permasalahan kekurangan SDM tenaga pendidik," sambung Edi.
Di sisi lain, kata Edi, hingga kekinian pendapatan guru honorer terbilang belum layak sehingga pihaknya tengah mengupayakan solusi untuk menyejahterakan guru.
Edi mengatakan, pihaknya akan mengkaji bersama Inspektorat dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini.
Baca Juga:Bawa Narkoba di Depan Kantor Polisi, Pemuda Diamankan Polresta Mamuju
"Bagaimana formulasinya agar setidaknya meningkatkan honor bagi guru honorer," ungkapnya.
Menurut Edi, permasalahan kurangnya SDM guru menjadi pekerjaan rumah Pemkot Pontianak.
Tetapi permasalahan tersebut tidak akan terselesaikan tanpa adanya campur tangan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Untuk itu, Edi mengharapkan dukungan dari PGRI sebagai wadah organisasi guru untuk melakukan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan kompetensi.
Terlebih kekinian, para guru dituntut untuk memanfaatkan dan menguasai perangkat teknologi infirmasi (TI) untuk menyampaikan pembelajaran.
Program ke depan, terang Edi, akan menjadi dasar bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan berdasarkan pengalaman selama menghadapi pandemi Covid-19.
"Kita tidak tahu kapan pandemi COVID-19 ini berakhir. Kita tidak bisa memastikan karena anak-anak sangat rentan tertular," kata Edi, memungkasi.