SuaraKalbar.id - Jenazah Dinda Amelia telah diantarkan ke tempat peristirahatan terakhir di Pemakaman Muslim Sungai Durian, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Gadis 15 tahun ini menjadi salah satu korban tragedi jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182, Sabtu (9/1/2021) lalu.
Jenazah Dinda Amelia diterbangkan dari Jakarta dan tiba di rumah duka di Jalan Sungai Durian Laut, Gang Kurnia, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat pada Minggu (17/1/2020) pagi.
Kesedihan mendalam mulai tak bisa terbendung. Bahkan isak tangis terus mengalir saat jenazah korban keluar dari mobil ambulans yang tiba di rumah duka.
Baca Juga:DVI Polri Terima 188 Kantong Jenazah Korban Sriwijaya Air
Kedua kakak korban, mulai dari penjemputan jenazah di pintu kedatangan VIP Room Pemda Kalbar Bandara Supadio hingga pengantaran peristirahatan terakhir, tak henti menangis.
Bungsu dari Haryanto dan Siti Lena ini masih duduk di kelas IX SMP Sungai Raya.
Pada 27 Desember 2020, tepat di hari ulang tahunnya yang ke-15, Dinda Amelia ikut ke Jakarta bersama keluarga dari Kepala Dinas Logistik (Kadislog) Lanud Supadio, Kolonel Teknik Akhmad Khaidir.
Selama ini, Lena memang bekerja di kediaman Kadislog. Dinda pun sering ikut dengannya. Sampai akhirnya mereka dianggap keluarga oleh Kadislog.
"Dia (anaknya) ikut tantenya (istri Kadislog). Sebenarnya saya ikut, tapi karena bapaknya Dinda datang, saya tidak ikut. Anak saya saja yang ikut (ke Jakarta),” kisah Lena, belum lama ini ditemui di Posko Crisis Center Sriwijaya Air SJ 182 Pontianak.
Baca Juga:Perpanjangan Pencarian Sriwijaya Air, Basarnas Tunggu Hasil Evaluasi Besok
Setelah puas liburan, Dinda Amelia dijadwalkan kembali ke Pontianak pada Sabtu (9/1/2021).
Dia menumpangi pesawat Sriwijaya Air SJ 182 bersama istri Kadislog, Rahmania Ekananda serta anaknya, Fazila Ammara.
Kala itu, Dinda menempati kursi 16D, Rahmania Ekananda di kursi 16A dan Fazila Ammara di kursi 16C.
Saat jenazah Dinda Amelia belum teridentifikasi, Lena terus mendatangi posko untuk menanyakan perkembangan.
"Pulanglah, Nak. Anakku. Adek, pulanglah. Ini mama, Nak. Mama sayang Adek,” tangis Lena, sambil mengusap dan mencium foto Dinda di gawainya.
Kini Dinda sudah pulang. Namun untuk selama-lamanya.
Pemakaman berlangsung haru. Ratusan sanak keluarga, kerabat, tetangga dan teman ikut mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir.
Salawat dan tahlil terus dilantunkan dari rumah duka hingga ke liang lahat.
Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan ikut merasakan duka yang sama, kesedihan yang mendalam atas peristiwa tragedi jatuhnya Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu ini.
"Kita yakini, ini semua Allah Maha Mengetahui. Insya Allah ini semua, sebagai bagian dari perjalanan yang semuanya juga sama akan kembali kepada-Nya," ucap Muda sambil menyerahkan akte kematian kepada orang tua Dinda.
Muda mengatakan, kesedihan ini tidak hanya dirasakan keluarga, tapi juga warga yang langsung merasakan kehilangan.
"Kami juga Pemerintah Kubu Raya juga merasakan yang sama. Insya Allah kita yakini ananda Dinda ini ditempatkan Allah di tempat yang terbaik," ucapnya.
Muda mengajak semuanya untuk bersama-sama mendoakan kepergian para korban Sriwijaya Air SJ 182. Karena hal ini merupakan duka bagi bangsa Indonesia.
"Semoga para korban terus teridentifikasi. Warga Kubu Raya ada tiga. Kita mengajak warga Kubu Raya terutama keluarga terus mengawal dan mencari informasi yang benar. Semoga peristiwa ini menjadi hikmah yang besar," harapnya.
Dia juga mengajak semuanya agar terus mendoakan tim yang pencari korban, supaya selalu diberikan kesehatan dan keselamatan.
Di hari yang sama, jenazah korban lain juga tiba di Bandara Supadio. Yakni, Yohanes Suheri warga Ngarak, Kabupaten Landak. Keduanya disambut langsung Gubernur Kalbar Sutarmiji.
"Saya atas nama pemerintah dan pribadi mendoakan agar para korban mendapat tempat yang baik di sisi Allah," ucapnya.
Kontributor : Ocsya Ade CP