SuaraKalbar.id - Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie santer disebut memiliki gaya kepemimpinan seperti Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok.
Tjhai Chui Mie dianggap sebagai Ahok versi wanita karena tegas dan tak segan marah-marah di depan publik.
Tjhai Chui Mie pun tertawa saat dimintai tanggapannya mengenai hal tersebut. Ia mengaku kenal dengan Ahok .
"Hehe, untuk Ahok kita memang kenal karena dari awal sama-sama di PIB. Lalu beliau ke Golkar, saya ke PDI-P. Tetapi tentu setiap kepala daerah memiliki pola kerja yang berbeda," ujarnya saat ditemui SuaraKalbar.id di ruang kerjanya belum lama ini.
Baca Juga:Ahok Singgung Peran Nabi Muhammad Dalam Islam Tak Hanya Berdakwah Tapi....
Diketahui, rekaman video Tjhai Chui Mie marah-marah ke kontraktor ada dua. Yakni pada Desembet 2018 dan Desember 2019.
Kala itu, ia betul-betul marah karena pengerjaan proyek drainase dan fisik Kota Pusaka tidak sesuai yang dikemukakan.
Dari sanalah, Tjhai Chui Mie makin dimiripkan dengan Ahok yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina. Terkait hal itu, wanita 49 tahun tersebut memiliki jawaban tersendiri.
"Jadi intinya kita ingin mereka bekerja sesuai dengan janji yang disampaikan. Apabila mereka tidak menjalankan sesuai dengan yang telah dijanjikan, tentu akan menjadi satu emosi bagi kita," tegas perempuan kelahiran Singkawang 27 Februari 1972 ini.
Hasil sidak tempo itu, ia berkesimpulan pekerja tidak dengan sungguh-sungguh hanya semata-mata bekerja tanpa memikirkan tanggung jawab.
Baca Juga:Singkawang Termasuk Kota Paling Toleran, Ini Kata Wali Kota Tjhai Chui Mie
"Dia (mereka) bekerja menghabiskan uang negara, bagaimana manfaat untuk masyarakat," ujarnya.
Tjhai Chui Mie menginginkan para pekerja proyek harus mengutamakan kualitas kerjaannya. Setiap ada pekerjaan, yang selalu disampaikan dan diminta dia, adalah kualitasnya.
"Pertama tidak membuang waktu, lalu menghemat uang negara. Ini yang kita minta," katanya.
Apabila bekerja asal-asalan, kata dia lagi, maka akan merugikan dalam hal keamanan dan kenyamanan. "Itu yang membuat kita spontan marah karena yang dibangun benar-benar tidak rapi," katanya.
Tjhai Chui Mie sempat dianggap arogan terhadap pekerja, dan dia membantah tudingan itu.
"Kita tidak setiap saat marah. Kita lihat-lihat juga ya. Kenapa saat itu marah, karena saya ditelepon bukan oleh satu masyarakat. Ada masyarakat yang mobilnya ambruk saat melewati drainase. Lalu ada yang bilang talang air sudah di potong dan ditutup semen," bebernya.
Lantaran hal itu, Tjhai Chui Mie berpendapat pekerja di lapangan bekerja tanpa melihat kemanfaatan. Mereka tidak bekerja sungguh-sungguh dan dari hati.
"Awalnya saya tidak mau turun, saya telepon kepala dinas, jadi akhirnya saya turun. Begitu kita lihat, kita marah, memang makin parah. Dia bongkar dan lebih turun dari semula sehingga masyarakat mau masukkan mobil tidak bisa. Itu tidak bagus," ceritanya.
Bercermin dari kejadian ini, pada akhirnya Tjhai Chui Mie bikin pola baru. Begitu kontraktor menang tender mereka harus memaparkan. Mereka harus bekerja dengan baik agar tidak dibongkar.
"Karena jika kita temukan tidak baik, maka akan kita bongkar. Nanti jangan mengeluh, mereka rugi," tutup Tjhai Chui Mie.
Melihat ketegasannya, Kota Singkawang diyakini bisa menjadi kota maju. Apalagi, Tjhai Chui Mie berkeinginan mengubah Singkawang bisa sejajar dengan kota-kota maju lainnya. Karena, kata dia, membangun daerah itu sama dengan tubuh manusia. Kalau peredaran darah baik, maka akan segar. Sama dengan kota maju, harus didukung infrastruktur.
"Saya ingin membangun Kota Singkawang tanpa jalan rusak. Lalu tidak terjadi banjir. Kita juga punya impian memiliki bandara. Karena kota maju itu harus didukung infrastruktur baik," katanya.
Maka dari itu, yang menjadi fokus dia saat ini salah satunya adalah pembangunan bandara. Perjuangan ini sudah dilakukan tiga periode pemimpin sebelumnya. Ketika terpilih sebagai Wali Kota Singkawang, ia berjuang dan berhasil membebaskan lahan.
"Kemudian kita menyerahkan alas hak kepada Kementerian Perhubungan. Lalu kita sampaikan perencanaan pembangunan bandara," katanya.
Kontributor : Ocsya Ade CP