Menikah Tanpa Restu Orangtua, Pinki Tewas Dibunuh Ayah

Gadis 18 tahun tersebut melarikan diri dengan pacarnya.

Husna Rahmayunita | Hikmawan Muhamad Firdaus
Senin, 08 Maret 2021 | 11:31 WIB
Menikah Tanpa Restu Orangtua, Pinki Tewas Dibunuh Ayah
Ilustrasi mayat Pinki tewas dibunuh. (BeritaJatim)

SuaraKalbar.id - Nasib nahas menimpa Pinki, seorang wanita yang tewas tak lama setelah melangsungkan pernikahan. Pinki tewas dibunuh.

Pelakunya tak lain adalah ayah kandungnya sendiri, Shankar Lal Saini. Kasus ayah bunuh anak ini menggegerkan warga.

Adapun motif pembunuhan yang dilakukan Saini, karena Pinki menikah tanpa restu orangtua.

Pinki disebut-sebut kawin lari dengan pria pilihannya dan berujung dengan kemurkaan pihak keluarga.  Kasus pembunuhan ini terjadi di India.

Baca Juga:Syaifudin Warga Surabaya Dicacah Celurit di Rumahnya, Pelaku Warga Madura

Menyadur The Sun, Senin (8/3/2021), Saini menghabisi nyawa putrinya sendiri "demi kehormatan" setelah korban kawin lari dengan pacarnya.

Polisi India mengatakan Pinki sebelumnya dijodohkan dengan seorang pria yang ia tidak sukai pada 16 Februari tetapi kembali ke rumah orangtuanya tiga hari kemudian.

Gadis 18 tahun tersebut kemudian melarikan diri dengan pacarnya Roshan Mahawar (24) ke Jaipur dan menikah pada 21 Februari.

Menurut The Indian Express, Selang Lima hari kemudian pasangan itu muncul di hadapan Pengadilan Tinggi Rajasthan di mana para pejabat memerintahkan mereka diberi perlindungan polisi, 

Ilustrasi jenazah. (Shutterstock)
Ilustrasi jenazah. (Shutterstock)

Mereka kemudian pulang ke Dausa pada 1 Maret tetapi keluarga Pinki berhasil melacak lokasinya dan segera membawanya pulang.

Baca Juga:Di Turki, Banyak Kasus Pembunuhan terhadap Perempuan Ditutup-tutupi

Ketika sang ayah "secara paksa" berhasil menculiknya, ia kemudian terlibat cekcok hingga tega mencekik putrinya hingga tewas.

Pencarian diluncurkan untuk menemukan Pinki, tetapi Saini akhirnya menyerahkan diri kepada polisi segera setelah itu dan mengaku membunuh putrinya.

Petugas menemukan jasad Pinki di rumahnya dan mengatakan penyebab kematian tampaknya "tercekik".

Kasus pembunuhan telah didaftarkan terhadap Saini, yang ditahan di Polres Kotwali, dan kemungkinan keterlibatan orang lain sedang diselidiki.

Pengacara Pinki dan Roshan menyalahkan "kelalaian besar" polisi atas pembunuhan itu karena mereka terikat oleh Pengadilan Tinggi untuk melindungi pasangan itu.

Setelah penculikan Pinki, keluarga Roshan memulai proses pidana terhadap 11 orang, termasuk ayah Pinki, paman, dan kerabat lainnya.

Mereka menuduh bahwa Saini dan "15 sampai 20 orang lainnya" telah secara paksa membawanya pergi, juga menggunakan kata-kata diskriminatif dan merusak rumah mereka.

"Ini adalah kelalaian besar polisi bahwa meskipun perintah Pengadilan Tinggi memberikan perlindungan kepada pasangan tersebut, Pinki diculik dan dibunuh," ujar Nawal Singh Sikarwar, yang mewakili Pinki dan Roshan di pengadilan,

"Pasangan itu telah mengatakan kepada pengadilan bahwa mereka mengkhawatirkan keselamatan mereka, dan ingin hidup satu sama lain atas kehendak bebas mereka sendiri," sambungnya.

Roshan mengungkapkan jika dirinya kini merasa khawatir akan keselamatannya seusai istrinya dihabisi.

"Saya tahu mereka mungkin membunuh Pinki. Saya telah memberi tahu polisi tentang hal ini ketika keluarga Pinki membawanya pergi.

"Tapi mereka (polisi) mengatakan bahwa bagaimanapun juga, orang tuanya yang telah membawa pergi Pinki, dan mereka akan membawanya ke pengadilan pada sidang berikutnya.

"Saya menangis dan memohon kepada polisi, tetapi mereka tidak menanggapi kekhawatiran saya dengan serius. Saya sekarang takut akan hidup saya." ujarnya kepada The Indian Express.

Aktivis dan kelompok masyarakat sipil menuntut tindakan terhadap polisi yang dinilai memalukan.

"Ini memalukan. Itu juga mengekspos komitmen polisi dan pemerintah Rajasthan terhadap keamanan wanita. Meskipun ada perintah Pengadilan Tinggi kepada polisi untuk melindungi pasangan itu, Pinki Saini dibunuh secara brutal," ujar Kavita Srivastava, presiden unit Rajasthan dari Persatuan Rakyat untuk Kebebasan Sipil (PUCL).

"Kami menuntut penangguhan petugas polisi termasuk Petugas Lingkar, Dausa, Dausa SP, dan SHO Polsek Kotwali," tegasnya.

Petugas Deepak Kumar mengatakan polisi Dausa tidak mengetahui perintah Pengadilan Tinggi untuk memberikan perlindungan kepada pasangan tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini