Tragedi Mandor Berdarah, Pembantaian Massal Hilangnya Satu Generasi di Kalimantan Barat

Tragedi Mandor Berdarah, salah satu peristiwa kelam di Indonesia.

Husna Rahmayunita
Jum'at, 04 Juni 2021 | 12:34 WIB
Tragedi Mandor Berdarah, Pembantaian Massal Hilangnya Satu Generasi di Kalimantan Barat
Ilustrasi - tragedi Mandor Berdarah, pembantaian massal tahun 1944 di Kalimantan Barat. (YouTube/MetroTVNews)

SuaraKalbar.id - Peristiwa Mandor atau Tragedi Mandor Berdarah, pembantaian massal di Kalimantan Barat (Kalbar). Satu generasi hilang dalam Peristiwa Mandor.

Sejarah Tragedi Mandor Berdarah, salah satu peristiwa kelam di Indonesia. Tragedi itu terjadi di  Pontianak, Kalimantan Barat.

Peristiwa yang terjadi pada 28 Juni 1944 ini dikenal sebagai Tragedi Mandor Berdarah atau Oto Sungkup (mobil penutup kepala).

Tragedi yang menewaskan ribuan pemuda di Pontianak ini bermula dari kecurigaan Jepang terhadap perlawanan yang akan dilakukan karena kehidupan yang kian susah dan perlakuan Jepang terhadap rakyat yang kejam.

Baca Juga:Viral Jalan Tani Makmur Pontianak di Gmaps Mengarah ke Langit, Warganet: Rute Menuju Surga

Pada April 1942, Sultan Pontianak saat itu, Syarif Muhammad Alkadrie mengundang seluruh kepala swapraja di seluruh Kalimantan Barat untuk membicarakan kondisi saat itu.

Dalam rundingan tersebut, diputuskan bahwa untuk mengakhiri penderitaan rakyat, satu-satunya jalan adalah melawan Jepang.

Ilustrasi - tragedi Mandor Berdarah, pembantaian massal tahun 1944 di Kalimantan Barat. (YouTube/MetroTVNews)
Ilustrasi - tragedi Mandor Berdarah, pembantaian massal tahun 1944 di Kalimantan Barat. (YouTube/MetroTVNews)

Tak tinggal diam, Jepang mendirikan sebuah organisasi politik bernama Nissinkai. Organisasi ini bertujuan untuk menyalurkan ide politis sesuai kepentingan mereka.

Tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang, seperti politik, pengusaha, dan cendekiawan pun bergabung. Beberapa di antaranya adalah JE Pattiasina (Kepala Urusan Umum Kantor Syuutizityo), Notosoedjono (tokoh Parindra), dan Ng Nyiap Sun (Kepala Urusan orang Asing/Kakyo Toseikatyo).

Mereka juga diam-diam ternyata memiliki gerakan bawah tanah yang disebut Gerakan Enam Sembilan karena jumlah anggotanya berjumlah 69 orang.

Baca Juga:Sejarah Kesultanan Pontianak: 8 Sultan, Peninggalan dan Penyebab Runtuhnya Kerajaan

Pemberontakan pun akhirnya terjadi, tetapi di Kalimantan Selatan. Hal ini ternyata menjadi inspirasi untuk melakukan hal yang sama di Kalimantan Barat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini