Perburuan ini biasanya dilakukan oleh kelompok kecil yang terdiri dari sepuluh sampai dua puluh laki-laki. Mereka bergerilya untuk menargetkan musuh.

Tradisi Ngayau kekinian sudah punah. Tradisi tersebut sudah dihapuskan dalam sebuah perjanjian bernama Perjanjian Tumbang Anoi.
Pada masa kolonial Belanda, yakni pada tahun 1974, Kepala suku Dayak Kahayan, Daman Batu, mengumpulkan sub-sub Suku Dayak.
Mereka mengadakan Musyawarah Damai Tumbang Anoi. Dalam musyawarah yang konon menghabiskan waktu berbulan-bulan tersebut, telah tercapai kata mufakat bahwa ngayau tidak lagi dilakukan di seluruh Kalimantan.
Baca Juga:Kepulauan Karimata, Surga Dunia di Kalimantan Barat yang Heboh Teror Bajak Laut
Hal ini disebabkan, tradisi ini dapat menyebabkan perselisihan di antara suku dayak dan suku lainnya
Itulah sejarah Tradisi Ngayau Suku Dayak yang ekstrem.
Kontributor : Sekar Jati