SuaraKalbar.id - Perajin bidai rotan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat mengeluh sulit menembus pasar ekspor.
Mereka para perajin rotan di Desai Jagoi di Perbatasan RI-Malaysia mengaku mengalami sejumlah kendala semenjak pandemi.
Hal itu disampaikan Ketua Koperasi Bung Topui Ahau Kandoh.
"Selain susah menembus pasar internasional, hambatan lainnya adalah penyediaan bahan baku yang mesti didatangkan dari luar negeri," ujarnya kepada Antara.
Baca Juga:Biaya Kontainer Melejit 300 Persen, Produk Ekspor Mebel DIY Menumpuk di Gudang
Atas kondisi ini, ia meminta agar pemerintah pusat memberikan solusi atas kondisi ini.
"Berharap perhatian semua pihak terutama dari pemerintah,"katanya.
Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis melakukan kunjungan dan melihat proses pembuatan kerajinan bidai rotan, Sabtu (12/6/2021) kemarian.
Ia berharap pemerintah daerah melalui dinas dapat mendukung baik dari sisi bahan baku, proses pemasaran, hingga akses izin ekspor impor.
"Selain itu produknya perlu manfaatkan peluang Pasar Tradisional PLBN Jagoi Babang," ucapnya.
Baca Juga:Nama PRT Istri Edhy Prabowo Dicatut buat Beli Vila, Kerjaan Sugianto Cuma Kasih Makan Ikan
Menurutnya koperasi yang sudah berdiri sejak lama dan masih bisa bertahan di masa pandemi Covus-19 itu akan disiapkan areal 100 hektare untuk menanam rotan.
"Pemda nantinya akan membangun Perusahaan Daerah yang akan menjadi penopang bagi berbagai upaya dan usaha masyarakat baik kelompok tani maupun perajin, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan koperasi dalam kontribusi terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Bengkayang," ujarnya.
Lebih lanjut, ia juga meminta agar kerajinan rotan bidai bisa mendapat Hak Merek dan HAKI.
"Untuk HAKI sendiri sudah diusulkan oleh dinas terkait dan saat ini tinggal menunggu persetujuan Menteri Koperasi dan UKM serta Menteri Hukum dan HAM," ujarnya.