Berselang beberapa tahun kemudian, warga Cina pun mencoba berlabuh di pulau Kabung untuk melihat potensi alam. Singkat cerita, setelah melihat suburnya alam pulau dan potensi laut yang kaya ikan dan cengkeh, sang warga Cina tergoda untuk menetap di pulau Kabung.
Hanya beberapa lama warga Cina tinggal menetap di pulau Kabung, musibah wabah malaria pun datang menghantam seluruh penduduk pulau. Setiap penduduk yang telah terjangkit penyakit malaria dipastikan mati. Akhirnya seluruh penduduk pulau Kabung eksodus meninggalkan pulau Kabung. Kembali pulau Kabung sepi tak berpenghuni kecuali anjing Cina yang tinggal. Bukti kedatangan Cina, ada Pekong di RT Selatan.
Kemudian setelah beberapa tahun pulau Kabung tak berpenghuni. Lalu datang dan bermalamlah di pulau Kabung sekeluarga orang Bugis bernama Bacok. Berdasarkan penjelasan Pardi anak kandung pak Bacok bahwa sekitar Tahun 1958, datang orang Bugis bernama Bacok menggarap lahan dan laut untuk menjadi mata pencaharian utama. Bacok kemudian membawa keluarga dan sahabat dekatnya untuk tinggal menetap di pulau Kabung.
Mata pencaharian utama pak Bacok dan warga Bugis di pulau Kabung menangkap ikan teri dengan alat tangkap yang disebut bagan. Bagan dibuat dari kayu nibung yang dibeli dari Paloh Sambas untuk tiang pancang yang ditancapkan di tengah lautan.
Baca Juga:Kalbar Target 70 Persen Warganya Divaksin Sampai 3 Bulan ke Depan
Biaya beli jaring, perahu, lampu dan ongkos buat bagan sampai siap dioperasikan, total kurang lebih Rp35 juta. Menurut pengakuan Abdurrahman nelayan pulau Kabung bahwa penghasilan sekali tangkap ikan teri jika musim ikan semalam minimal 12 keranjang, pernah dapat 20 keranjang setara dengan harga kurang lebih Rp11 juta sampai Rp20 juta.
Komunitas warga Bugis hidup rukun dengan warga lainnya seperti suku Melayu, Jawa Sunda dan Tionghoa.
Gotong royong dan saling membantu antar warga masih sangat dipertahankan dan solidaritas antar kelompok suku yang ada sangat tinggi. Pola kerja yang disebut be la le' cukup kental di tengah warga Bugis dan Melayu Pulau Kabung.
Contohnya jika ada warga yang akan mancang tiang bagan (bangunan untuk menangkap ikan teri) maka seluruh warga malamnya istirahat menangkap ikan, karena besok akan ada pekerjaan secara gotong royong membantu warga bangun bagan.
Pekerjaan gotong royong mendirikan (mancang) 20 tiang bagan hingga berdiri selesai dalam waktu setengah hari.
Baca Juga:5 Tempat Wisata di Ketapang Kalimantan Barat Paling Hits
Inilah salah satu bentuk kerja sama dan solidaritas antar warga pulau Kabung yang masih dipertahankan dari awal adanya penduduk pulau Kabung sampai sekarang.