SuaraKalbar.id - Banjir menimpa sebagian besar wilayah Kalimantan Barat. Membuat fasilitas umum dan pemukiman warga terendam air hingga dada orang dewasa. Jalan-jalan yang biasanya ramai kendaraan kini tertutuo air.
Warga mulai mengungsi dan menyelamatkan semua barang berharga. Termasuk mobil yang harus dikeluarkan dari lokasi banjir.
Dalam video yang beredar terlihat warga menggunakan rakit. Mengevakuasi mobil Wuling berwarna putih. Sementara di sekelilingya rumah warga sudah penuh dengan air.
Lokasi disebut di Kecamatan Blitang, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat.
Baca Juga:Banjir di Pejaten Timur, Ketinggian Air hingga 2 Meter
Banjir Kalimantan Barat melanda sekitar empat kabupaten. Kabupaten Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, dan Kapuas Hulu.
Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji saat mengunjungi kawasan banjir di Kabupaten Sintang pekan lalu meminta bantuan pemerintah segera didistribusikan kepada warga yang terdampak.
Dia mengatakan perlu sinergi semua pihak dalam menangani banjir di Kalimantan Barat.
Sementara itu, Danramil 1205-07/Sintang Lettu Inf P Rajagukguk mengatakan, petugas masih bersiaga dan tetap berkoordinasi dengan pihak kecamatan serta instansi lain dalam penanganan bencana banjir.
Plh Bupati Sintang Yosefha Hasnah mengemukakan, kondisi air banjir saat ini di beberapa wilayah mulai turun. Namun, beberapa daerah lainnya air banjir justru naik.
Baca Juga:Mensos Risma Tegur Bupati Gresik Perkara Banjir Bandang
“Terjadi hujan pada hari minggu di hulu sehingga air semakin naik, dan penurunan air di wilayah Kecamatan Serawai sehingga terjadi luapan di wilayah Kecamatan Sintang. Dari 14 Kecamatan di Kabupaten Sintang 12 Kecamatan diantaranya terdampak banjir dengan jumlah 21.804 KK,” ujarnya.
Banyak warga yang mengungsi akibat banjir tersebut. Mereka kebanyakan menumpang di rumah keluarga yang berada di dataran tinggi.
Krisis Lingkungan
Pemda Kalbar diminta menyelesaikan krisis lingkungan di wilayahnya lantaran kerap dilanda banjir.
WALHI meminta evaluasi perizinan dilakukan terhadap konsesi korporasi berbasis hutan dan lahan yang melakukan praktik buruk, dan mengabaikan hak-hak masyarakat dan lingkungan hidup.
Kepala Deviasi Kajian, Dokumentasi dan Kampanye WALHI Kalbar, Hendrikus Adam mengatakan, bencana ekologis banjir yang melanda sejumlah wilayah Kalbar selama ini telah mengkonfirmasi ada krisis iklim. Kondisi ini juga ditandai dengan kondisi anomali cuaca yang ekstrem tengah terjadi.
“Curah hujan intensitas tinggi hanyalah pemantik dari bencana banjir. Lebih dari itu, bencana ekologis yang kembali terulang,” kata Hendrikus Adam seperti dikutip dari insidepontianak.com, Sabtu (6/11/2021).
Bencana ekologis itu disebabkan karena bentang alam yang menjadi penyangga sekitar daerah aliran sungai kehilangan kemampuan.
Bentang alam yang tadinya memiliki peran sebagai penyangga mengalami degradasi dan berbuah bencana seperti banjir. Kondisi ini, tak lepas akibat praktik ekstraksi atas sumber daya alam yang berlangsung lama bagi korporasi yang melakukan praktik perusakan lingkungan.
Di sisi lain, kondisi ini juga didukung dengan aktivitas pembukaan badan sungai maupun bantaran yang berlangsung sejak lama dan menyebabkan terjadinya pendangkalan air.
“Akhirnya berbuah bencana,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, kata Adam, kondisi ini juga diperparah dengan anomali cuaca ekstrem akibat krisis iklim. Untuk itu, WALHI mendorong pemerintah memberi perhatian serius terhadap masalah tersebut.
Solusinya, dengan kebijakan perlindungan, perbaikan hingga pemulihan dan penyelamatan ekosistem.
“Bencana ekologis ini harus diletakkan sebagai mandat wajib dalam agenda pembangunan lintas pemerintah daerah di Kalbar,” pungkasnya.