Skenario Duet Prabowo-Jokowi di Pilpres 2024, Eks Wakil Ketua Umum Gerindra: Itu Sih Cuma Ketoprak Humor

Wacana menduetkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Jokowi pada Pilpres 2024 mendatang direspons Arief Poyuono sebagai ketoprak humor belaka.

Chandra Iswinarno
Senin, 17 Januari 2022 | 06:00 WIB
Skenario Duet Prabowo-Jokowi di Pilpres 2024, Eks Wakil Ketua Umum Gerindra: Itu Sih Cuma Ketoprak Humor
Eks Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono. (YouTube/NajwaShihab).

SuaraKalbar.id - Wacana menduetkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Joko Widodo (Jokowi) pada pemilihan presiden (pilpres) 2024 mendatang mendapat tanggapan negatif dari Arie Poyuono.

Politisi Gerindra ini mengungkapkan, ide yang disampaikan Koordinator Sekber Prabowo-Jokowi 2024-2029 G Gisel sebagai ketoprak humor alias lelucon belaka.

"Itu sih cuma ketoprak humor saja Prabowo-Jokowi, karena memang tidak akan mungkin," ujarnya seperti dikutip Wartaekonomi.co.id-jaringan Suara.com pada Minggu (16/1/2022).

Tak hanya itu, dia juga mengungkapkan jika wacana tersebut hanya khayalan belaka.

Baca Juga:Pengamat Politik: Kalau Pasangannya Prabowo-Jokowi, Pemenang Pemilu Legislatif Adalah Gerindra

"Mimpi siang bolong saja kalau Prabowo-Jokowi," katanya.

Masih menurut Mantan Wakil Ketua Umum DPP Gerindra itu, duet Prabowo-Jokowi tidak akan mungkin terealisasi. Dia mengungkapkan, Jokowi sendiri saja tidak mau untuk dicalonkan kembali menjadi presiden untuk kali ketiga.

"Wong Jokowi diminta jadi presiden untuk ketiga kali saja sudah ogah, apalagi diminta jadi cawapres. Enggak lah yaw," ucapnya.

Untuk diketahui, wacana tersebut disampaikan G Gisel saat mendeklarasikan pasangan itu di Jakarta Utara, Sabtu (15/1/2022).

Sebelumnya, Ramainya wacana untuk menduetkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Joko Widodo (Jokowi) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang terus memanas.

Baca Juga:Gara-gara Kebanyakan Tebar Baliho, Pengamat Ini Sebut Elektabilitas Airlangga Hartarto Jadi Rendah

Pengamat politik M Qodari mengemukakan, deklarasi dukungan untuk mencalonkan dua rival yang kerap berseteru dalam dua pilpres tersebut sebenarnya tidak melanggar undang-undang.

Menurutnya, saat ini yang akan menjadi kendala bagi pasangan Prabowo-Jokowi justru dimungkinkan datang dari PDIP. Karena menurutnya, jika yang dicalonkan Prabowo Subianto maka Partai Gerindra harus menjadi pemenang Pemilu legislatif.

"Kalau pasangannya adalah Prabowo-Jokowi, maka yang akan menjadi pemenang Pemilu Legislatif adalah Gerindra, partai yang didirikan dan dipimpin oleh Pak Prabowo," katanya.

Kondisi tersebut, jelasnya, akan menggeser posisi PDIP yang sebelumnya keluar sebagai partai pemenang pemilu karena kalah populer dibanding Partai Gerindra.

"Saya menduga Bu Mega cenderung tidak mau karena PDIP akan kalah," pungkas Qodari.

Meski begitu, dia menegaskan, jika nantinya Jokowi maju menjadi cawapres Prabowo tidak akan melanggar aturan yang berlaku. Sebab menurutnya, yang ada selama ini adalah batasan menduduki jabatan yang sama hingga dua kali.

"Yang ada itu, batasan bagi mereka yang sudah pernah jadi wakil presiden dua kali, seperti misalnya pak JK (Jusuf Kalla)," kata Qodari saat dihubungi, Minggu (16/1).

Penggagas Jokowi-Prabowo (Jokpro 2024) itu pun meyakini Prabowo bersedia menjadi capres dan didampingi oleh Jokowi. Sebab menurutnya, hingga kini Jokowi merupakan tokoh yang populer dan masih menjadi petahana.

Namun demikian, dia mengemukakan, jika kesediaan mantan Wali Kota Solo itu untuk menjadi cawapres masih belum bisa dipastikan.

Sebelumnya, respons usulan duet capres-cawapres, Prabowo-Jokowi pada Pilpres 2024, juga disampaikan Pengamat Politik dari Universitas Jayabaya Igor Dirgantara.

Dia mengemukakan hal tersebut ideal dan rasional. Dia mengemukakan, kedua tokoh tersebut ideal karena menurut survei elektabilitas, Prabowo Subianto selalu lebih tinggi dibandingkan dengan calon presiden yang lain.

"Usulan tersebut lebih masuk akal dan rasional karena tidak menabrak Undang-Undang dan konstitusi. Apalagi Prabowo dan Jokowi telah selaras dalam mempersatukan bangsa, dan itu sudah terbukti," ujar Igor seperti dikutip Wartaekonomi.co.id-jaringan Suara.com.

Latar belakang Prabowo yang berasal dari militer dan Jokowi dari kalangan sipil, disebutnya, sangat realistis untuk bisa membangun negara ini lebih baik.

Selain itu, perbedaan usia juga menunjukan kematangan keduanya dalam membuat kebijakan populis untuk rakyat dan perekonomian nasional.

Dia juga menilai, formasi tersebut jauh lebih baik dibandingkan usulan Amandemen UUD 1945 terkait tiga periode untuk kepemimpinan Jokowi.

"Dibandingkan amandemen UUD 1945 serta tiga periode, lebih baik formulasi Prabowo-Jokowi yang paling rasional. Karena dapat melanjutkan pembangunan dan juga menciptakan stabilitas politik, baik dalam pemerintahan maupun parlemen," katanya.

Untuk diketahui, dalam peraturan mengenai pencalonan capres dan cawapres tertuang dalam UUD 1945 tepatnya di Pasal 7 yang berbunyi, "Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan".

Kemudian pada pasal 169 huruf n UU Pemilu juga menyebutkan jika salah satu syarat capres dan cawapres belum pernah menjabat jabatan yang sama selama dua kali.

"Belum pernah menjabat sebagai presiden atau wakil presiden, selama dua kali masa jabatan dalam jabatan yang sama."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini