SuaraKalbar.id - Kalimantan Barat merupakan provinsi yang memiliki banyak keragaman seni dan kebudayaan, satu diantaranya Vihara Bodhisatva Karania Metta atau biasa dikenal dengan sebutan Kelenteng Tiga yang terletak di Komplek Pasar Kapuas Indah, Jalan Sultan Muhammad No.33, Kota Pontianak.
Ketua Pengurus Vihara Bodhisatva Karania Metta, Gunawan (80) menjelaskan, Kelenteng Tiga sudah berdiri sejak tahun 1829 masehi. Hal itu diketahui dari tulisan berbahasa Mandarin di gapura pintu masuk Klenteng tersebut.
Menurut penuturan pria yang sudah separuh abad mengurus Klenteng itu, Klenteng Tiga dibangun menggunakan pondasi berbahan darar Kayu Belian atau yang dikenal dengan kayu trembesi khas Kalimantan.
"Hampir seluruh bangunan ini berbahan asli kayu belian dan di cat bewarna merah dan kuning emas, karena warna itu merupakan suatu simbol dari rasa gembira dan kesejahteraan bagi masyarakat Tionghoa khusunya," jelas Gunawan.
Baca Juga:204 Personel Gabungan Amankan Perayaan Tahun Baru Imlek di Jakarta Selatan
Sedangkan ketiga pintu ornamen masuk Klentengbtersebut, melambangkan dewa Kong Hu Chu.
"Banyak masyarakat yang datang dari luar menjadikan pintu masuk tersebut menjadi spot foto karena keunikkan nya," menurut Gunawan.
Gunawan menyebut dalam perkembangan sejarahnya, pada tahun 1990 kelenteng pertama kali direnovasi oleh Yayasan Bakti Suci dibawah pimpinan Ang Cui Bu (Abu Hasan).
"Dulunya sebelum di renovasi lantai ini berbahan dasar papan, dan dindingnya berbahan dasar kayu, karena sudah ada yang rapuh maka di renovasi menjadi lantai keramik dan dinding nya di semen dengan ukiran-ukiran timbul, " katanya.
Dalam perkembangan sejarahnya, Vihara tertua di Pontianak ini sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Tahun 2012, kelenteng tersebut kembali direnovasi dan diselesaikan, tidak ada mengubah bentuk ataupun wujud kelenteng, hanya saja merubah dengan tampilan yang lebih modern dan berbahan dasar yang megah.
Baca Juga:Berharap Pelaksanaan Imlek Lancar, Wagub Riza Minta Tidak Ada Keramaian yang Berlebihan
"Sejarah Tiga Dewa Dewi berada di Kalbar hingga sekarang telah melewati perjalanan waktu lebih dari 343 tahun, turut berkembang seiring dengan perjalanan leluhur yang datang dari Tiongkok ke Kalbar, tanah yang begitu indah dan permai," paparnya.
Begitu banyak masyarakat Tionghoa Kalbar yang berjuang mati-matian demi keberlangsungan kelenteng kuno ini, dengan harapan dapat terus diwariskan turun temurun generasi demi generasi.
Gunawan menjelaskan juga bahwa di kelenteng tersebut, ada lonceng yang di namakan lonceng Pek Kong yang dibawa ke Pontianak pada tahun 1789 masehi.
Lonceng tersebut, akan dibunyikan oleh seorang petugas saat akan ada masyarakat yang berdoa di Kelenteng Tiga.
"Disini ada tiga tempat untuk orang sembahyang, yang pertama Tua Pek Kong, yang kedua Dewi Samudra, dan yang ketiga Putra Raja Na Ca, karena hal inilah Vihara Bodhisatva Metta dinamakan kelenteng tiga, karena memiliki 3 tempat sembahyang dan masing-masing berbeda tetapi masih dalam satu tujuan," terangnya.
Diluar area Vihara terdapat pelataran yang berfungsi sebagai terminal, untuk kendaraan bongkar muat bis dan kapal motor yang melayani rute dari Pontianak menuju ke luar Pontianak.
Kontributor : Rabiansyah