SuaraKalbar.id - Naiknya harga kedelai di pasar internasional, berimbas terhadap nasib para pengrajin tahu dan tempe di Indonesia. Bahkan di beberapa daerah, kedua jenis makanan itu sudah lankang, diserati aksi mogok yang dilakukan oleh para produsen.
Salah satunya di sentra industri tahu dan tempe Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta, yang melakukan mogok pada Senin (21/2/2022).
Ratusan pelaku industri terpaksa mengikuti aksi mogok produksi serentak yang dipicu melambungnya harga kedelai impor (bahan baku tahu tempe) dari harga normal Rp9.500-10.000 per kilogram menjadi Rp12.000 per kilogram.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyiapkan mitigasi kebijakan untuk mengatasi kenaikan harga kedelai yang tengah terjadi.
"Sekarang kami sudah menyiapkan mitigasi untuk harga kedelai tersebut. Kami akan putuskan pada kesempatan pertama minggu depan. Nanti akan saya umumkan kebijakannya," kata Mendag mengutip Antara, Kamis (17/2/2022).
Mendag menjelaskan, dari kebutuhan dalam negeri sebanyak 3 juta ton tahun, pasokan domestik baru mencapai 500 ribu sampai 750 ribu ton per tahunnya.
Dengan demikian, 80-90 persen dari kebutuhan nasional masih diimpor dari sejumlah negara.
Namun saat ini, terdapat beberapa sebab yang membuat harga kedelai dunia melonjak, salah satunya yakni terjadi elnina yang sangat basah di Argentina dan Amerika Selatan.
Kondisi itu menyebabkan suplai kedelai menjadi sangat terbatas, sehingga harga menjadi naik.
Baca Juga:Terpaksa Beroperasi, Begini Siasat Perajin Tahu di Purwokerto Hadapi Harga Kedelai Tinggi
Selain itu, terdapat restrukturisasi dari peternakan binatang di China yang mendapatkan 5 miliar babi yang dulu makannya tidak diatur, namun saat ini diberi makan kedelai.
"Jadi permintaannya sangat tinggi menyebabkan harga sangat tinggi. Nah, ini yang menyebabkan harga kedelai di Indonesia juga tinggi," ujar Mendag. ANTARA