SuaraKalbar.id - Nahdlatul Ulama turut berupaya memberikan kontribusi dalam mewujudkan perdamaian dunia. Menanggapi invasi Rusia terhadap Ukraina, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf meminta agar kedua belah pihak melakukan genjatan senjata.
"Kami sudah janji pertemuan dengan Duta Besar Ukraina, Rusia, soal perang yang sekarang sedang berlangsung.” ucapnya.
Menurut Staquf, permintaan tersebut disampaikan kepada duta besar Ukraina dan Rusia karena dampak perang yang ditimbulkan cukup besar.
“Saya sampaikan ke duta besar yang sudah berkunjung ke kantor, kami serukan genjatan senjata," katanya saat berkunjung ke Kantor NU Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dilansir dari Antara Minggu malam.
Baca Juga:Perang Siber Masih Misteri Besar Yang Belum Dipetakan
Menurut Gus Yahya, adanya masalah antara Ukraina dengan Rusia juga diharapkan bisa diselesaikan dengan duduk bersama.
"Semua perbedaan pertentangan dibicarakan secara damai," ujarnya.
Genjatan senjata antara Ukraina dengan Rusia dinilai akan memberikan dampak misalnya untuk tenaga kerja atau harga minyak dunia.
Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) memastikan 30 pekerja migran Indonesia (PMI) telah berhasil dievakuasi dari Ukraina dan telah tiba di Tanah Air. Namun begitu, dirinya menyampaikan, masih terdapat 14 WNI yang berada di Bukares, Rumania karena mayoritas dari mereka terpapar COVID-19.
"Enam orang di antaranya adalah pekerja migran Indonesia yang diketahui dan dinyatakan positif COVID-19," jelasnya.
Baca Juga:Dampak Invasi Rusia, Tempat Penampungan di Ukraina Berpotensi Jadi Sarang Infeksi Bakteri dan Virus
Sementara itu, soal harga minyak dunia, pengamat ekonomi Universitas Jember Adhitya Wardhono, Ph.D., mengatakan invasi Rusia ke Ukraina bisa berimbas pada lonjakan harga minyak global karena berdasarkan data menyebutkan bahwa produksi minyak Rusia mencapai 10 juta barel per hari.
"Apabila minyak Rusia langka di pasaran, maka lonjakan harga tidak terhindari. Bagi Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor minyak diperkirakan akan mengalami dampak yang berat jika sanksi dunia kepada Rusia sangat keras," ucapnya. ANTARA