"Sekarang bibit kita menggunakan polibag anyaman bakul, bukan lagi menggunakan plastik, karena untuk meminimilisir sampah-sampah plastik yang ada," ujarnya.
Alasan mereka milih inovasi seperti ini agar wisatawan yang datang tidak hanya sekedar untuk menanam, tetapi mereka juga bisa merasa sebagai pemilik terhadap pohon yang ditanam, serta merasa perduli dengan tanaman mangrove.
"Karena kebanyakkan sekarang ini orang setelah menanam selesai, tidak mau tau lagi bagaimana perkembangan nya, tetapi kalau mangrove digital ini setelah mereka nanam mereka akan mendapatkan informasi perkembangan pohonnya," ucapnya.
Setiap satu tahun sekali, para wisatawan akan di undang kembali untuk memperingati hari mangrove sedunia.
Baca Juga:Ironi! Curi Mangga, FR Tewas Dihakimi Massa di Kubu Raya, 3 Pelaku Terancam 12 Tahun Penjara
"Ini juga satu diantara untuk menarik wisatawan untuk berkunjung, berkunjung dan berkunjung lagi ke ekowisata telok bediri," katanya.
Dirinya yakin, dengan adanya mangrove digital wisatawan tidak akan merasa jemu untuk kembali datang ke lokasi wisata tersebut.
"Saya yakin karena mereka ke sana bukan ingin berwisata tetapi, ingin melihat perkembangan pohonnya secara langsung dan ber selvie di pohon yang telah di adopsi nya," ucapnya.
Satu diantara destinasi wisata mangrove di Kalimantan Barat, hanya Ekowisata Telok Bediri (ETB) yang baru menerapkan sistem penanaman mangrove berbasis digital, dan dirinya juga berharap agar wisata-wisata lain agar segera bisa melakukan hal yang sama.
Kontributor : Rabiansyah