SuaraKalbar.id - Setiap orangtua, ingin anaknya tumbuh sehat dan memiliki kekebalan tubuh yang baik, sehingga tidak mudah terserang penyakit.
Dokter spesialis anak dr Molly Dumakuri Oktarina, Sp.A(K) memberikan kiat untuk mengoptimalkan sistem imun anak sejak masih dalam kandungan, salah satunya memastikan para wanita melakukan kontrol kehamilan teratur di bidan atau dokter.
"(Ibu juga harus) Mendapatkan nutrisi lengkap seimbang, harus menghindari stres, wajib menghindari alkohol dan asap rokok," katanya, dalam webinar "Bicara Gizi" yang digelar oleh Danone Specialized Nutrition Indonesia dengan topik "Maksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Melalui Daya Tahan Tubuh dan Stimulasi yang Tepat", Rabu (26/10/2022).
Selain itu, selama hamil, kata Molly, ibu juga harus mampu menjaga kebersihan diri dan mencegah infeksi.
Baca Juga:Tahapan Tepat Menenangkan Bayi Menangis yang Wajib Dipahami, Jangan Panik
Apabila terjadi infeksi, maka obati infeksi secara dini.
Lalu saat melahirkan, apabila tidak ada kontraindikasi medis maka sebaiknya ibu memilih metode kelahiran normal atau secara pervaginam ketimbang caesar.
Semetara sang bayi, kata Molly, penting untuk mendapatkan nutrisi terutama ASI secara eksklusif hingga enam bulan, kemudian dilanjutkan makanan pendamping ASI dengan gizi lengkap dan seimbang hingga anak berusia dua tahun.
"Selain itu, yang tidak kalah penting dalam perkembangan sistem imun yakni vaksinasi," kata Molly.
Molly juga mengingatkan, apabila terjadi disregulasi atau gangguan sistem imun baik yang alami maupun yang didapat pada anak misalnya terjadi alergi, infeksi, maka ini akan mempengaruhi perkembangan otak khususnya kognitif dan perilaku anak.
Baca Juga:Catat Ya Moms, Berikut Penyebab Sekaligus Cara Mencegah Ruam Kulit dan Popok pada Bayi
Berbagai penelitian menunjukkan infeksi yang terjadi pada ibu hamil bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan autisme pada anak atau Autism spectrum disorder (ASD).
Berdasarkan hasil studi, bila infeksi terjadi pada anak di awal kehidupan khususnya satu tahun pertama, contohnya infeksi diare maka ini merupakan faktor risiko terjadinya gangguan kognitif pada anak.
"Tidak ada ibu yang mengalami infeksi, anak mengalami infeksi, ternyata anak-anak yang memiliki faktor risiko atau gejala alergi di awal masa kehidupannya berisiko mengalami gangguan perkembangan," kata Molly.
Penelitian juga menunjukkan, anak dengan penyakit alergi berisiko 30-50 persen lebih tinggi memiliki attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) yakni gangguan mental yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian atau konsentrasi.
"Anak dengan ADHD cenderung memiliki gejala asma, rhinitis alergi, dermatitis atopi dan konjungtivitas alergi yang semuanya merupakan kelompok penyakit alergi," tuturnya. Antara