Mengenang Peristiwa Kapal Terbang 9, Pengeboman Jepang Demi Kuasai Pontianak

Kejadian tersebut dikenal sebagai peristiwa Kapal Terbang 9 atau Bom Sembilan yang bermula saat Jepang mengirim sembilan pesawat ke langit Pontianak untuk menjatuhkan bom

Bella
Rabu, 16 Agustus 2023 | 19:16 WIB
Mengenang Peristiwa Kapal Terbang 9, Pengeboman Jepang Demi Kuasai Pontianak
Ilustrasi pesawat bomber Jepang. (wikipedia)

SuaraKalbar.id - 19 Desember 1941, menjelang umat Muslim mempersiapkan diri untuk menjalankan Sholat Jum’at, Jepang menyerang daerah Pontianak demi merebut Hindia-Belanda yang kini sebagai Indonesia.

M. Rikaz Prabowo, Sejarawan Kalimantan Barat mengatakan kejadian tersebut dikenal sebagai peristiwa Kapal Terbang 9 atau Bom Sembilan yang bermula saat Jepang mengirim sembilan pesawat ke langit Pontianak untuk menjatuhkan bom yang menghanguskan pusat kota.

Tujuannya jelas, pesawat Jepang sengaja didatangkan demi membumihanguskan sejumlah lokasi-lokasi penting milik Belanda yang saat itu berada di Pontianak.

“Mereka itu mengincar instalasi-instasi militer, entah itu kamp tentara, gudang senjata , atau instansi militer lain. Sebenarnya yang ingin dibom Jepang itu wilayah markas tentara Belanda, kalau sekarang wilayah itu kita kenal di kawasan Jalan Nusa Indah,” ujar Rikaz di Pontianak, Selasa (16/08/23).

Baca Juga:Mengenang Sejarah Pertempuran Rakyat Melawan Pasukan Belanda di Cangkringan

Dulunya sebelum kemerdekaan, kawasan Jalan Nusa Indah hingga Jalan Juanda merupakan markas tentara Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL).

Bom yang diterjunkan dari pesawat kiriman Jepang diharapkan mengenai markas tersebut, sayangnya bom meleset hingga mengenai kawasan sebelah markas yang saat itu merupakan sekolah bernama Hollandsch-Chineesche School (HCS).

Sekolah tersebut merupakan sekolah bagi anak-anak Tionghoa di Hindia-Belanda dengan sistem yang dikelola misi Katolik sehingga para tenaga pengajarnya menggunakan Bruder maupun Suster dan memisahkan antara siswa laki-laki dan perempuan.

Bom jatuh pada kawasan sekolah di gedung laki-laki sehingga banyak menewaskan sejumlah siswa dan Bruder.

“Jadi korbannya itu banyak anak siswa laki-laki dan guru (Bruder). Korban jiwa belum bisa dipastikan secara detail jumlahnya, tetapi pada tanggal 19 Desember 1941 di pengeboman pertama itu tidak kurang 100 orang yang meninggal langsung, yang jelas pengeboman itu justru lebih banyak memakan korban sipil” terang Rikaz.

Baca Juga:Chen EXO Rilis Album Jepang Pertama dan Segera Gelar 'CHEN JAPAN TOUR 2023'

Jumlah tersebut hanya merupakan korban meninggal dunia langsung, tak terhitung dengan sejumlah korban yang sempat dilarikan ke rumah sakit yang akhirnya ikut meninggal dunia, atau korban luka berat dan ringan lainnya sehingga kejadian tersebut dapat dipastikan banyak jiwa yang terdampak.

Sempat beredar kabar bahwa sebelum terjadinya pengeboman sejumlah siswa bahkan antusias dengan kehadiran pesawat di langit-langit Pontianak dan tidak menyangka akan terjadi pengeboman. Rikaz menduga hak itu benar terjadi karena pada masa tersebut pesawat tempur milik Belanda memang kerap melintas di langit sehingga hal-hal tersebut lumrah bahkan menjadi hiburan tersendiri bagi anak-anak sekolah dan tak menduga akan terjadi pengeboman.

Pemerintah kolonial sempat mengevakuasi para tokoh penting Belanda dan menawarkan tokoh penting Indonesia untuk berpindah tempat.

“Sebelum Desember 1941, pejabat penting Belanda di Pontianak, orang-orang Belanda atau orang pribumi yang dianggap berkelas mulai ditawarkan untuk ikut mengungsi atau dievakuasi. Pejabat Belanda entah resident, atau asisten resident, kemudian beberapa orang pribumi yang berkelas atas ditawari,” jelas Rikaz.

Meskipun demikian, beberapa tokoh penting pribumi seperti para Sultan dan Panembahan yang ditawarkan untuk dievakuasi tidak mengambil kesempatan tersebut dan tetap memilih bertahan di Pontianak.

Selain berusaha mengevakuasi diri, Belanda juga sempat membuka lowongan bagi sejumlah penduduk untuk bergabung dengan mereka dalam memperkuat penjagaan di wilayah Pontianak pada tahun 1940 karena menyadari perang dunia II di tahun 1939 yang semakin mendekat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini