SuaraKalbar.id - Istana Amantubillah peninggalan Kerajaan Mempawah di Kalimantan Barat, merupakan cagar budaya yang kaya akan sejarah dan kearifan lokal.
Dibangun pada masa pemerintahan Gusti Jamiril, sultan ke-3, istana ini menggambarkan kebesaran dan keindahan arsitektur tradisional Melayu.
Dengan pintu gerbang yang menampilkan semangat 'Mempawah Harus Maju, Malu Dengan Adat', Istana Amantubillah memimpin pengunjung ke dalam pengalaman sejarah yang mengagumkan. Halaman dengan rerumputan hijau dan 16 meriam memberikan nuansa kejayaan masa lalu.
Kompleks istana ini terbagi menjadi bangunan utama, sayap kanan, dan sayap kiri. Bangunan utama, kini berfungsi sebagai museum, menyimpan peninggalan berharga seperti singgasana raja, busana kebesaran, dan payung kerajaan. Sayap kanan menjadi pendopo istana, sementara sayap kiri dijadikan tempat tinggal bagi kerabat Kerajaan Mempawah.
Baca Juga:Review Film Oppenheimer, Ambisi dan Penyesalan Pencipta Bom Nuklir
Melalui perubahan fungsi ini, istana berhasil melestarikan sejarahnya sambil mengakomodasi kebutuhan zaman.
Sejarah tragis Panembahan Muhammad Taufik Accamaddin, diculik dan dibunuh oleh penjajah, menjadi bagian yang menyentuh. Istana Amantubillah, dengan makna "Aku Beriman Kepada Allah", mempertahankan keberanian dan keyakinan dalam perjalanan sejarahnya.
Meskipun Kesultanan Mempawah sudah bergabung dengan NKRI, Istana Amantubillah tetap menjadi pusat kebudayaan yang menyelenggarakan ritual dan upacara adat. Dengan demikian, istana ini tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga menjadi penjaga dan pemelihara kearifan lokal Kalimantan Barat.
Kontributor : Maria
Baca Juga:Ulasan Buku 'Sejarah Perempuan Indonesia', Refleksi Tajam bagi Para Perempuan