“Kami sangat bergantung pada donatur dan gotong royong warga. Kalau ada subsidi karbit dan bantuan balok dari pemerintah, beban ini bisa berkurang,” ungkapnya.
Keamanan juga menjadi perhatian utama dalam pembuatan dan penggunaan meriam karbit. Andri menegaskan bahwa kelompoknya selalu mengutamakan prosedur keselamatan.
“Kami sangat berhati-hati, mulai dari takaran karbit hingga penyulutan. Kami tidak ingin ada kejadian yang tidak diinginkan,” katanya.
Meski berisiko, ia yakin tradisi ini bisa terus lestari jika didukung dengan regulasi dan bantuan yang tepat.
Baca Juga:3 Eks Pejabat Bank Kalbar Jadi Buronan Kejati dalam Kasus Korupsi Pengadaan Tanah
Lebih jauh, Andri berharap pemerintah tidak hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga menjadikan meriam karbit sebagai agenda tetap pariwisata.
“Kami ingin anak-anak muda mengenal dan belajar membuat meriam dengan cara yang aman. Ini bukan cuma tradisi, tapi juga warisan yang harus dijaga untuk generasi mendatang,” tutupnya.
Eksibisi meriam karbit yang rutin digelar setiap malam takbiran di sepanjang Sungai Kapuas selalu menarik perhatian wisatawan.
Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, tradisi ini diharapkan tetap hidup, menjadi magnet budaya yang memperkuat identitas Pontianak.
Baca Juga:Dompet Dhuafa hingga BAZNAS Kini Hadir di BRImo, Berzakat & Sedekah Makin Mudah