Kalbar Waspada Karhutla! BMKG Beri Peringatan Keras Hadapi Puncak Kemarau 2025

Kalbar waspada karhutla puncak kemarau 2025. BMKG prediksi risiko tinggi Juli-September. BPBD imbau masyarakat waspada dan larang bakar lahan.

Bella
Kamis, 03 Juli 2025 | 15:57 WIB
Kalbar Waspada Karhutla! BMKG Beri Peringatan Keras Hadapi Puncak Kemarau 2025
Ilustrasi Karhutla (Ist)

SuaraKalbar.id - Kalimantan Barat kini menghadapi ancaman serius meningkatnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seiring memasuki puncak musim kemarau 2025.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalbar mengeluarkan peringatan dini dan mengajak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko bencana ini.

Ketua Satgas Informasi BPBD Kalbar, Daniel, menyebutkan bahwa musim kemarau tahun ini telah berlangsung secara bertahap sejak April dan diprediksi mencapai puncaknya pada Juni hingga Agustus.

Petugas gabungan padamkan api saat Karhutla di Kubu Raya (Ist)
Petugas gabungan padamkan api saat Karhutla di Kubu Raya (Ist)

Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kalimantan termasuk wilayah yang berisiko tinggi mengalami karhutla, terutama pada bulan Juli hingga September 2025.

Baca Juga:Oknum ASN Panti Sosial di Kalbar Diduga Lakukan Pelecehan Seksual terhadap 6 Anak Asuh

“BMKG memprediksi risiko kebakaran hutan dan lahan akan meningkat tajam mulai Juni dan memuncak pada Juli hingga September. Ini perlu diantisipasi sejak dini,” ujar Daniel dalam keterangan resminya.

Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2024, Kalbar mencatat sedikitnya 271 titik panas (hotspot), dengan Kabupaten Sanggau dan Kubu Raya sebagai wilayah dengan jumlah hotspot tertinggi.

Sementara untuk Juli 2025, terutama pada rentang tanggal 2 hingga 8, sebagian besar wilayah Kalbar telah masuk status waspada, bahkan pada 2 dan 3 Juli mayoritas kawasan tergolong sangat mudah terbakar.

“Wilayah-wilayah seperti Ketapang, Kubu Raya, Mempawah, dan sebagian besar Kota Pontianak menunjukkan tingkat kerawanan tertinggi terhadap potensi karhutla,” tambah Daniel.

BPBD pun mengimbau masyarakat, terutama yang berkegiatan di sektor pertanian dan perkebunan, untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar.

Baca Juga:Autopsi Ungkap Kejanggalan Tewasnya Balita di Singkawang, Polisi Dalami Luka di Telinga dan Kening

Selain rawan meluas, pembakaran sembarangan berisiko memicu bencana besar dan mencemari udara dengan kabut asap berbahaya.

“Pencegahan lebih murah dan lebih bijak dibandingkan memadamkan api yang sudah meluas. Waspada dan tanggap adalah kunci menghadapi musim kemarau ini,” ujar Daniel.

Sementara itu, Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, mengingatkan masyarakat untuk waspada dan menjaga kesehatan, khususnya bagi kelompok rentan seperti penderita ISPA dan gangguan pernapasan lainnya.

Ia mengimbau agar warga membatasi aktivitas luar ruangan dan selalu menggunakan masker apabila harus bepergian.

“Saya anjurkan masyarakat mengurangi aktivitas di luar, terutama bagi yang rentan terhadap ISPA dan alergi pernapasan. Saat keluar rumah, sebaiknya menggunakan masker,” ucap Edi.

Meski belum ditemukan titik api di wilayah Kota Pontianak sendiri, Edi menjelaskan bahwa kabut asap yang kini mulai terasa kemungkinan besar berasal dari luar kota, seperti Kabupaten Ketapang, yang diketahui memiliki sejumlah titik rawan karhutla.

“Asap bisa saja datang dari luar, misalnya dari Ketapang. Kalau ada kebakaran lahan di sana, asapnya bisa terbawa angin ke Pontianak. Ini yang harus kita antisipasi bersama,” terangnya.

Guna menghindari terjadinya karhutla di wilayah Pontianak, pemerintah kota terus memperkuat langkah-langkah pencegahan.

Salah satunya adalah melakukan patroli rutin bersama aparat TNI dan Polri di daerah-daerah yang rawan terbakar, khususnya kawasan lahan gambut di pinggiran kota.

“Kami tetap rutin melakukan patroli di area lahan gambut bersama TNI dan Polri. Ini untuk mencegah masyarakat membuka atau membersihkan lahan dengan cara dibakar,” tegas Edi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini