"Selain untuk menghibur, alat ini digunakan dulunya sama petuah-petuah untuk mengusir hantu, itu ada jenis nya, kalau sape tali 3 itu lah untuk mengusir hantu tidak sembarangan orang main,"sambungnya lagi.
Alat musik Sappe, lanjut Mara, mempunyai macam-macam model. Mulai dari penggunaannya, model, cara bermain bahkan kayu yang menjadi bahan dasar.
"Dulu Borneo ini hutan belantara, lalu dihuni orang-orang original yang menciptakan alat musik apa adanya dan hasil apa adanya,"bebernya.
Sape dulunya dikenal sebagai alat musim yang secara mistiknya digunakan untuk mengusir hantu. Sebab dimainkan untuk mengiringi sebuah lagu pada saat ada kematian.
Baca Juga: Unik, Kini Ada Perhiasan Motif Dayak
Lagu tersebut berjudul 'Muas' Hingga detik ini di Kecamatan Jangkang, Kabupaten Sanggau, lagu itu masih digunakan penduduk asli apabila ada warga yang meninggal dunia.
"Dimainkan pada saat ada yang meninggal dunia, di Jangkang masih sampai saat ini tetap digunakan. Ccuma yang memainkan alat musik sappe berjenis Sodatang itu sudah tidak ada lagi, sebab yang namanya sakral dan ritual itu pasti banyak syarat," tutur Mara.
Pria berusia 55 tahun ini, sudah puluhan tahun menggeluti membuat alat musik tradisional suku dayak.
Christian Mara berasal dari suku dayak Jangkang yang di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Dia merupakan salah satu orang di Kalimantan Barat yang sudah mendunia berkat sappe. Mahir dalam menari dan bermain musik, Mara pun sering diundang untuk mentas di sejumlah negara dalam berbagai lawatan budaya.
Baca Juga: Tas Anjat Khas Suku Dayak Hadir di Panggung IFW 2019
Hal itu juga banyak mengundang orang-orang dari luar negeri tertarik datang ke Pontianak mencarinya hanya untuk belajar memperdalam pseni musik Sape tersebut.
"Tak sedikit orang luar negeri yang singgah lalu membeli, sampai gong juga ada dibawa ke Amerika dan Belanda .Karena mereka mendengar suaranya yang khas,"ucapnya.
Mara berharap, agar kedepannya musik tradisonal di bumi Borneo tetap terjaga kelestarinya sehingga dapat menghidupkan karya-karya dan menjadi tren bagi seniman penerus.
"Harapan saya, marilah kita berkarya bisa berkembang menjadikan sape ini kebutuhan musik internasional seperti alat musik lainnya. Supaya bisa menghidupkan orang-orang yang ingin bekarya dan mudah-mudahan sape ini juga bisa menjadi favorit untuk para pemusik Tanah Air agark bisa dijaga kelestariannya dalam penggunaan musik konvensional maupun tradisional," pungkasnya.
Kontributor : Eko Susanto
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Mobil Sedan Bekas Merek Jepang Mulai Rp40 Jutaan: Irit, Tangguh Dipakai Harian
- 3 Rekomendasi HP Xiaomi RAM 12 GB: Harga Rp3 Jutaan dengan Memori 512 GB
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Matic Murah untuk Wanita, Tahun Muda Harga Mulai dari Rp 65 Jutaan
- 7 Motor Matic Retro Mirip Vespa Terbaik 2025: Gaya Klasik, Harga Bersahabat!
- 7 Mobil Sedan Murah Stabil Ngebut di Tol 200 Km/Jam, Harga dari Rp 11 Juta
Pilihan
-
Persija Jakarta Resmi Kenalkan 5 Asisten Pelatih Mauricio Souza
-
Arkadia Digital Media (DIGI) Targetkan Pendapatan Rp 65 Miliar di 2025
-
Arkadia Digital Media (DIGI) Kantongi Laba Bersih Rp 1,2 Miliar
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Baterai Jumbo, Terbaik Juni 2025
-
Ini Alasan QJMotor Indonesia Baru Umumkan Harga Off The Road 4 Motor Barunya
Terkini
-
Berminat Kerja di Luar Negeri? Ternyata Ada 1,4 Juta Lowongan Kerja Belum Terisi
-
Bahasan Pastikan SPMB SD dan SMP di Pontianak Berjalan Sesuai Aturan: Tidak Boleh Ada Titipan!
-
Bejat! Nenek Lumpuh di Ketapang Dicabuli Cucu Kandung
-
Enam Tersangka Korupsi Proyek Pengembangan Bandara Rahadi Oesman Ketapang Resmi Ditahan
-
Perempuan Muda di Ketapang Dianiaya Mantan Kekasih, Direkam dalam Keadaan Tanpa Busana