Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Minggu, 08 November 2020 | 12:57 WIB
Christian Mara, seniman alat musik tradisional khas Dayak memainkan Sappe. (Suara.com/Eko Susanto)

"Selain untuk menghibur, alat ini digunakan dulunya sama petuah-petuah untuk mengusir hantu, itu ada jenis nya, kalau sape tali 3 itu lah untuk mengusir hantu tidak sembarangan orang main,"sambungnya lagi.

Christian Mara, seniman alat musik tradisional khas Dayak menunjukkan Sappe karyanya. (Suara.com/Eko Susanto)

Alat musik Sappe, lanjut Mara, mempunyai macam-macam model. Mulai dari penggunaannya, model, cara bermain bahkan kayu yang menjadi bahan dasar.

"Dulu Borneo ini hutan belantara, lalu dihuni orang-orang original yang menciptakan alat musik apa adanya dan hasil apa adanya,"bebernya.

Sape dulunya dikenal sebagai alat musim yang secara mistiknya digunakan untuk mengusir hantu. Sebab dimainkan untuk mengiringi sebuah lagu pada saat ada kematian.

Baca Juga: Unik, Kini Ada Perhiasan Motif Dayak

Lagu tersebut berjudul 'Muas' Hingga detik ini di Kecamatan Jangkang, Kabupaten Sanggau, lagu itu masih digunakan penduduk asli apabila ada warga yang meninggal dunia.

"Dimainkan pada saat ada yang meninggal dunia, di Jangkang masih sampai saat ini tetap digunakan. Ccuma yang memainkan alat musik sappe berjenis Sodatang itu sudah tidak ada lagi, sebab yang namanya sakral dan ritual itu pasti banyak syarat," tutur Mara.

Pria berusia 55 tahun ini, sudah puluhan tahun menggeluti membuat alat musik tradisional suku dayak.

Christian Mara berasal dari suku dayak Jangkang yang di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Dia merupakan salah satu orang di Kalimantan Barat yang sudah mendunia berkat sappe. Mahir dalam menari dan bermain musik, Mara pun sering diundang untuk mentas di sejumlah negara dalam berbagai lawatan budaya.

Baca Juga: Tas Anjat Khas Suku Dayak Hadir di Panggung IFW 2019

Hal itu juga banyak mengundang orang-orang dari luar negeri tertarik datang ke Pontianak mencarinya hanya untuk belajar memperdalam pseni musik Sape tersebut.

"Tak sedikit orang luar negeri yang singgah lalu membeli, sampai gong juga ada dibawa ke Amerika dan Belanda .Karena mereka mendengar suaranya yang khas,"ucapnya.

Mara berharap, agar kedepannya musik tradisonal di bumi Borneo tetap terjaga kelestarinya sehingga dapat menghidupkan karya-karya dan menjadi tren bagi seniman penerus.

"Harapan saya, marilah kita berkarya bisa berkembang menjadikan sape ini kebutuhan musik internasional seperti alat musik lainnya. Supaya bisa menghidupkan orang-orang yang ingin bekarya dan mudah-mudahan sape ini juga bisa menjadi  favorit untuk para pemusik Tanah Air agark bisa dijaga kelestariannya dalam penggunaan musik konvensional maupun tradisional," pungkasnya.

Kontributor : Eko Susanto

Load More