"Selain untuk menghibur, alat ini digunakan dulunya sama petuah-petuah untuk mengusir hantu, itu ada jenis nya, kalau sape tali 3 itu lah untuk mengusir hantu tidak sembarangan orang main,"sambungnya lagi.
Alat musik Sappe, lanjut Mara, mempunyai macam-macam model. Mulai dari penggunaannya, model, cara bermain bahkan kayu yang menjadi bahan dasar.
"Dulu Borneo ini hutan belantara, lalu dihuni orang-orang original yang menciptakan alat musik apa adanya dan hasil apa adanya,"bebernya.
Sape dulunya dikenal sebagai alat musim yang secara mistiknya digunakan untuk mengusir hantu. Sebab dimainkan untuk mengiringi sebuah lagu pada saat ada kematian.
Lagu tersebut berjudul 'Muas' Hingga detik ini di Kecamatan Jangkang, Kabupaten Sanggau, lagu itu masih digunakan penduduk asli apabila ada warga yang meninggal dunia.
"Dimainkan pada saat ada yang meninggal dunia, di Jangkang masih sampai saat ini tetap digunakan. Ccuma yang memainkan alat musik sappe berjenis Sodatang itu sudah tidak ada lagi, sebab yang namanya sakral dan ritual itu pasti banyak syarat," tutur Mara.
Pria berusia 55 tahun ini, sudah puluhan tahun menggeluti membuat alat musik tradisional suku dayak.
Christian Mara berasal dari suku dayak Jangkang yang di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Dia merupakan salah satu orang di Kalimantan Barat yang sudah mendunia berkat sappe. Mahir dalam menari dan bermain musik, Mara pun sering diundang untuk mentas di sejumlah negara dalam berbagai lawatan budaya.
Baca Juga: Unik, Kini Ada Perhiasan Motif Dayak
Hal itu juga banyak mengundang orang-orang dari luar negeri tertarik datang ke Pontianak mencarinya hanya untuk belajar memperdalam pseni musik Sape tersebut.
"Tak sedikit orang luar negeri yang singgah lalu membeli, sampai gong juga ada dibawa ke Amerika dan Belanda .Karena mereka mendengar suaranya yang khas,"ucapnya.
Mara berharap, agar kedepannya musik tradisonal di bumi Borneo tetap terjaga kelestarinya sehingga dapat menghidupkan karya-karya dan menjadi tren bagi seniman penerus.
"Harapan saya, marilah kita berkarya bisa berkembang menjadikan sape ini kebutuhan musik internasional seperti alat musik lainnya. Supaya bisa menghidupkan orang-orang yang ingin bekarya dan mudah-mudahan sape ini juga bisa menjadi favorit untuk para pemusik Tanah Air agark bisa dijaga kelestariannya dalam penggunaan musik konvensional maupun tradisional," pungkasnya.
Kontributor : Eko Susanto
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
BRI Hadirkan Semangat Baru di USS 2025: The Name Got Shorter, The Vision Got Bigger
-
BRImo Makin Gacor, Transaksi Tembus Rp.5000 Triliun
-
KUR BRI: Bukan Sekadar Pinjaman, Tapi Katalis Ekonomi Rakyat
-
5 Link ShopeePay Gratis Paling Dicari, Langsung Klaim Saldo Hingga Rp2,5 Juta!
-
ShopeePay Bagi-Bagi Rejeki Akhir Bulan, Pas Buat Kamu yang Dompetnya Lagi Tipis!