SuaraKalbar.id - Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji angkat bicara terkait kasus Covid-19 di daerahnya yang belum mereda.
Dia menilai beberapa daerah yang kekinian mulai kendor mengirimkan sampel swab ke Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar. Hal itu mempengaruhi upaya penanganan Covid-19.
Padahal dengan mengirimkan sampel swab warga bisa digunakan untuk mengetahui keterjangkitan akan virus corona.
Dikutip dari Suarakalbar.co.id, dia menyoroti Kabupaten Kayong Utara dan Mempawah yang dianggap pengiriman sampel swabnya menurun drastis.
Sementara di Kabupaten Bengkayang, dia menyebut terjadi penurunan kasus Covid-19 selama lima hari terakhir.
"Karena dikirim 100 sampel dan dari sample yang dikiim ditemukan keterjangkitan tak sampai 10 persen di Bengkayang daan Sambas juga. Kalau KKU (Kabupaten Kayong Utara) tidak bisa diprediksi karena Swab untuk Covid tidak ada," ungkap Gubernur Kalbar Sutarmidji saat menjadi Pembicara Seminar Outlook Ekonomi 2021 di Hotel Mercure, Kamis (21/1/2021).
Ia meminta Kabupaten Mempawah untuk berhati-hati akan kasus Covid-19 yang terjadi.
"Mempawah juga tu, bahaya karena tidak melakukan Swab, seperti Landak saat ini turun," tegasnya
Pria yang karib disapa Bang Midji tersebut menegaskan penanganan penting untuk dilakukan demi memutus penularan Covid-19
Baca Juga: Takut RS DKI Penuh, Pasien Covid Bodetabek Terancam Dipulangkan ke Asalnya
"Jika infeksi maka memerlukan biaya yang besar untuk satu orang dalam penanganan hingga pasien tersebut dinyatakan negatif," urainya.
Perkembangan Covid-19 di Kalbar, kata dia, jika nilai viral load jutaan maka harus dilihat dari mana dan berinteraksi dari luar Kalbar sehingga tau polanya.
"Mengetahui kasus jika seseorang memiliki viral load tinggi dari mana dan berinteraksi dengan orang luar Kalbar itu yang harus dipantau. Lebih dari separuh yang meninggal di Kalbar kasus virusnya berasal dari luar," jelasnya.
Lebih lanjut, Sutarmidji menyesalkan masih banyak orang yang meremehkan virus Covid-19.
"Jangan meremehkan Covid-19, kemarin ditangani BPJS, satu orang klaimnya bisa mencapai Rp475 juta. Jika orang flu terlihat namun jika ada virus tidak terlihat karena OTG namun jika menjangkit ke orang yang Comorbid itu yang bahaya," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
Pilihan
-
Heboh Warga Solo Dituduh Buron 14 Tahun, Kuasa Hukum Tak Habis Pikir: Padahal di Penjara
-
7 Rekomendasi HP Gaming Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Agustus 2025, Murah Performa Lancar
-
Neraca Pembayaran RI Minus Rp109 Triliun, Biang Keroknya Defisit Transaksi Berjalan
-
Kak Ros dan Realita Pahit Generasi Sandwich
-
Immanuel Ebenezer: Saya Lebih Baik Kehilangan Jabatan
Terkini
-
Euromoney Awards for Excellence 2025 Apresiasi BRI dengan 3 Penghargaan Prestisius
-
BRI Taipei Branch Diresmikan: Layanan Perbankan Praktis untuk PMI di Taiwan
-
BRI Permudah Akses Hunian, Tawarkan Suku Bunga KPR 2,40% di Expo Bandung 2025
-
Peringati Kemerdekaan, BRI Tunjukkan 8 Langkah Nyata Perkuat Kesejahteraan dan Kemandirian Bangsa
-
BRI Bina Pengusaha Muda, Gulalibooks Menembus Pasar Literasi Anak Asia Tenggara