Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Sabtu, 08 Mei 2021 | 14:42 WIB
Ritual Basamsam di Bengkayang, Kalimantan Barat. (Antara/Wati)

SuaraKalbar.id - Setiap daerah memiliki tradisi dan budaya masing-masing. Di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat ada ritual aadat bernama Basamsam.

Basamsam merupakan ritual tutup kampung atau bersih desa dari bala dan penyakit yang sudah diwariskna oleh nenek moyang.

Basamsam setiap tahunnya dijalani Suku Dayak di Bengkayang. Pada Jumat (7/5/2021) kemarin, masyarakat Desa Cipta Karya, Bengkayang menggelar ritual tersebut.

Kepala desa setempat yakni Benyamin Kalvin menuturkan ritual ini akan dilaksanakan mulai Jumat pukul 18.00 WIB hingga Sabtu pukul 15.00 WIB besok.

Baca Juga: Pemilik Sanggar Tari Cabul di Bengkayang Terancam Hukuman Kebiri

"Basamsam merupakan ritual adat untuk membersihkan kampung dari bala bahaya, sakit penyakit yang mengancam warga kampung. Adat ini sudah berlaku sejak zaman nenek moyang dan terus dilestarikan," ujarnya kepada Antara, Sabtu (8/5/2021).

Ia menjelaskan ritual adat Basamsam dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Dayak, khususnya Bekatik, di Sungai Betung.

"Selain menjaga kelestarian budaya, adat 'Basamsam' juga merupakan rangkaian dari upacara gawai Dayak sebagai bentuk syukur atas hasil panen yang berlimpah," katanya.

Kalvin menjelaskan dalam upacara adat Basamsa, itu seluruh masyarakat Desa Cipta Karya berpartisipasi. Mereka menghantarkan sesaji adat di balai desa, berupa beras dalam mangkuk, sirih, rokok daun, telur dan mata uang, bendera kertas untuk didoakan secara adat.

"Agar mendapatkan kesehatan dan rejeki dari 'Jubata' upacara 'Basamsam' kali ini dilakukan oleh seluruh masyarakat  dengan mengikuti sejumlah ritual adat dan nantinya akan diberlakukan jam tutup akses atau dikenal dengan istilah 'Basamsam'," katanya.

Baca Juga: Babak Baru Kasus Pemilik Sanggar Tari Cabul, 10 Murid Jadi Korban

Dia menjelaskan tentang aturan adat dalam ritual tolak bala Basamsam, antara lain larangan berkunjung selama kegiatan berlangsung.

"Mengingat kegiatan ini adalah bentuk menyucikan diri bagi masyarakat dari wabah penyakit yang tidak nampak, terlebih saat ini kita tengah berada di tengah pandemi COVID-19," katanya.

Ia mengharapkan ritual Basamsam memberikan manfaat yang baik bagi tubuh karena terbebas dari berbagai penyakit dan hal-hal lain yang tidak diinginkan.

Ia juga mengatakan penyelenggaraan ritual Basamsam menindaklanjuti arahan Pemkab Bengkayang untuk melakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.

"Terlebih melalui ritual 'Basamsam' ini sekaligus untuk mengajak masyarakat agar bisa menahan diri untuk tidak keluar rumah dan tidak berkerumun," katanya.

Ketua Adat Cipta Karya Ye. Sopian mengharapkan upacara adat Basamsam dapat menolak penyakit, terutama virus atau wabah penyakit yang tidak terlihat.

“Kita harapkan dengan dilakukannya 'Basamsam/Balala' atau tutup desa ini bisa menghilangkan virus corona. Agar kehidupan masyarakat bisa kembali pulih dan masyarakat bisa hidup normal kembali,” katanya.

Oleh karena warga sedang melakukan Basamsam, akses masuk desa ditutup. Masyarakat luar desa tak boleh masuk tempat itu, selama ritual berlangsung. Apabila ada yang melanggar ketentuan tersebut, yang bersangkutan mendapatkan sanksi.

“Untuk sanksi yang diberikan, setiap pelanggar diharuskan membuat ritual adat serupa, lengkap dengan sesajian dan segala keperluannya,” katanya.

Dia memastikan selama berlangsung ritual tetap akan ada petugas berjaga di lokasi batas desa untuk memantau setiap pendatang yang hendak memasuki desa.

Lebih lanjut, Ye. Sopian berharap ritual Basamsam tetap lestari da ujuan masyarakat adat menjalani tradisi tersebut bisa tersampaikan.

Load More