Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Kamis, 03 Juni 2021 | 17:12 WIB
Istana Kadriah (Suara.com/DInda)

SuaraKalbar.id - Sejarah Kesultanan Pontianak atau Kesultanan Kadriah Pontianak. Daftar sultan, peninggalan Kesultanan Pontianak dan penyebab runtuhnya kerajaan.

Kesultanan Kadriah merupakan kesultanan Melayu yang didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Ibni Alhabib Husein bin Ahmad Akadrie, keturunan Rasulullah dari Sayidna Husin.

Kesultanan ini berdiri pada tahun 1771 di daerah Sungai Kapuas kecil dan Sungai Landak, Kalimantan Barat. Sebelumnya, ia melakukan dua kali pernikahan politik, yakni dengan putri Kerajaan Mempawah dan Ratu Syahranum dari Kesultanan Banjar pada tahun 1768.

Ia pun mendapat gelar Pangeran Nur Alam. Setelah ayahnya wafat, ia pun mencari wilayah baru dan mendapat tempat di Pontianak. 

Baca Juga: Viral Istri Ngamuk Suami Ngamar Bareng Teman Sendiri, Diduga di Pontianak

Dilansir dari berbagai sumber, kesultanan Pontianak ini termasuk dalam kesultanan yang cukup unik di kawasan Nusantara. Ada dua hal yang mendasarinya.

Pertama, kesultanan ini merupakan kesultanan termuda di Indonesia. Pendirinya pun berasal dari campuran dinasti Arab, Melayu, Bugis, dan Dayak.

Istana Kadriah terletak tepat di persimpangan sungai Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas. (Suara.com/Rahmad Ali)

Kehidupan pemerintahannya pun bisa dibilang cukup singkat, yakni hanya 179 tahun dan hanya diperintah delapan generasi saja, yakni pada tahun 1771 sampai 1945.

Kedua, kesultanan ini terdapat di tempat yang sangat menguntungkan secara ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan.

Hal ini disebabkan letaknya yang berada tidak jauh dari perairan dan selat dan dekat dengan kesultanan lainnya. Di samping itu, kesultanan ini juga dekat dengan pedalaman dekat dan pedalaman jauh.

Baca Juga: Pilihan Transportasi dari Pontianak ke Singkawang buat Pelancong

Penyebab runtuhnya kerajaan

Kesultanan Pontianak berakhir pada generasi kedelapan, tepatnya pada saat Pemerintahan Sultan Hamid II. Pada 29 Oktober 1945, Syarif Hamid dinobatkan sebagai sultan yang dikenal sebagai Sultan Hamid II.

Saat itu, bertepatan dengan tahun Proklamasi Indonesia. Ia memprakarsai Kesultanan Pontianak dan kesultanan-kesultanan Melayu lainnya di Kalimantan Barat untuk bergabung dengan Republik Indonesia Serikat (RIS).

Istana Kadriah (Suara.com/Dinda)

Saat itulah, kekuasaan berpindah ke NKRI dan Sultan Hamid II menjadi Presiden Negara Kalimantan Barat pada 1947 - 1950. Ia juga merupakan perancang lambang negara Indonesia.

Berikut ini daftar lengkap sultan Kesultanan Pontianak yang pernah memimpin.

1. Syarif Abdurrahman Alkadrie memerintah dari tahun 1771-1808

2. Syarif Kasim Alkadrie memerintah dari tahun 1808-1819.

3. Syarif Osman Alkadrie memerintah dari tahun 1819-1855.

4. Syarif Hamid Alkadrie memerintah dari tahun 1855-1872.

5. Syarif Yusuf Alkadrie memerintah dari tahun 1872-1895.

6. Syarif Muhammad Alkadrie memerintah dari tahun 1895-1944.

7. Syarif Thaha Alkadrie memerintah dari tahun 1944-1945.

8. Syarif Hamid Alkadrie memerintah dari tahun 1945-1950.

Beberapa peninggalan Kesultanan Pontianak pun masih bisa disaksikan sampai sekarang. Berikut ini beberapa di antaranya.

1. Keraton Kadriah

Istana Kadriah terletak tepat di persimpangan sungai Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas. (Suara.com/Rahmad Ali)

Keraton Kesultanan Kadriah masih bisa disaksikan sampai sekarang. Lokasinya berada di Kampung Beting, Kelurahan Bugis Dalam, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Bangunan ini memiliki struktur yang cukup unik dan disusun dari kayu pilihan.

Di bagian depan, tengah, dan kiri, terdapat 13 meriam buatan Portugis dan Prancis. Di bagian depan, terdapat mimbar yang dulunya digunakan sultan untuk beristirahat.

Di tempat ini juga terdapat genta yang sering dibunyikan ketika ada marabahaya. Selain itu, di dalamnya, juga ada berbagai barang-barang sejarah peninggalan Kesultanan Pontianak, seeprti cermin, kelambu, benda pusaka, dan lain sebagainya.

2. Masjid Jami Pontianak

Masjid Jami merupakan penanda berdirinya Kesultanan Pontianak. Masjid ini dibangun pada tahun 1771. Awal berdirinya, masjid ini hanya berupa bangunan sederhana dengan atap rumbia. Setelah melakukan beberapa kali penyempurnaan, masjid ini pun kini megah dengan arsitektur yang cukup unik.

Arsitektur Masjid Jami menunjukkan akulturasi dari berbagai budaya, yakni arsitektur Jawa, Timur Tengah, Melayu, dan Eropa.

Masjid Jami Pontianak, Kalimantan Barat. (Antara/Ahmad Subaidi)

Arsitektur Jawa terlihat pada bagian atap Masjid yang mirip seperti tajug. Kemudian, pada bagian mahkota atau genta terlihat pengaruh arsitektur Eropa di sana.

Masjid ini juga memiliki struktur bangunan khas Melayu karena berbentuk rumah panggung. Terdapat enam pilar bundar dari kayu belian berdiameter setengah meter yang menopang masjid ini.

Selain itu, mimbar khotbah yang terdapat di dalam masjid ini berbentuk mirip geladak kapal. Di bagian ini, nuansa arsitektur Timur Tengah sangat terasa karena mengadopsi bentuk kubah.

Itulah sejarah Kesultanan Pontianak, daftar sultan, peninggalannya.

3. Makam Batu Layang

Makam Batu Layang merupakan aset lain yang dimiliki Kesultanan Pontianak. Tempat ini merupakan kompleks makam khusus untuk sultan dan keturunannya. Makam ini berada di tepian Sungai Kapuas.

Awalnya, kompleks makam ini berdiri untuk makam Sultan Abdurrahman yang wafat pada tahun 1808. Namun, setelah itu, sultan dan kerabat yang lainnya pun turut dimakamkan di kompleks Makam Batu Layang.

Setiap sultan dan keturunannya dimakamkan dalam kelompok sendiri-sendiri. Sampai saat ini, banyak peziarah dan wisatawan yang datang ke kompleks makam ini.

Itulah sejarah Kesultanan Pontianak, daftar sultan, peninggalan dan penyebab runtuhnya kerajaan.

Kontributor : Sekar Jati

Load More