Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Rabu, 21 Juli 2021 | 11:41 WIB
Alat rapid test Covid-19 / [Foto Humas Gowa]

SuaraKalbar.id - Seorang wanita mengaku mendapat perlakuan tak menyenangkan usai melakukan tes antigen di kawasan pelabuhan saat hendak naik kapal.

Wanita berinisial Hv tersebut mengaku diusir dan curiga mendapatkan hasil rapid test antigen palsu. Ia merasa ada yang aneh dalam mekanisme pengecekan Covid-19.

Hv menceritakan kejadian tersebut kepada Batamnews.co.id (jaringan Suara.com) via direct message Instagram baru-baru ini.

Awalnya, ia mengaku hendak naik kapal dari Batam ke Medan bersama sang ibu Gr (38). Wanita 20 tahun itu menuju Pelabuhan Batuampar.

Baca Juga: 3 Sebab Penanganan Wabah Tanjungpinang Dicap Gagal: Minim Tracing Hingga Antigen Berbayar

Setibanya di sana, ia melakukan rapid test antigen. Namun saat antre masuk ke kapal dan mengecek data antigen. Hv dan Ibunya Gr ternyata dinyatakan positif oleh surat itu.

"Kebetulan hari Minggu (18/7/2021) mau ke Medan naik kapal Pelni di Pelabuhan. Saat test antigen, hasilnya keluar saya diberi amplop oleh petugas kesehatan di pelabuhan," ujarnya.

Petugas medis menyiapkan tabung berisi sampel lendir saat tes usap antigen kepada santri pondok pesantren Lirboyo di Puskesmas Pagu, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (22/5/2021). [ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani]

Sontak, mereka pun kaget. Pasalnya saat memberikan surat hasil antigen tidak diberitahu petugas kesehatan, karenanya mereka yakin tidak ada yang salah dengan hasil antigen.

"Saya kaget. Kami tidak ada gejala apapun. Dan tidak ada keluar dari rumah hampir sebulan. Kalau memang kami positif. Kenapa dari awal di ruangan antigen tidak diberitahu oleh petugas," herannya.

Hv juga mendapat mendapat perlakuan tak baik dari petugas keamanan di pelabuhan usai tes antigen.

Baca Juga: Trestle Pelabuhan Internasional Kijing Ambruk, Kontraktor Lakukan Investigasi

"Ada polisi yang mengusir kami layaknya bukan manusia. Maxim (angkutan online) yang kami pesan (untuk pulang) diusir. Dan tidak diperbolehkan membawa kami kembali ke rumah," terangnya.

Karena kebingungan, keduanya akhirnya memesan kembali Maxim dan pulang.

"Sampai di rumah kami masih bingung. Sekitar satu jam kemudian kami langsung ke klinik di samping Hotel Trinity. Mama saya hasil tesnya negatif," ucapnya.

Namun Hv sendiri saat itu tidak direkomendasikan antigen pasalnya, sehari sebelumnya ia baru saja menjalani suntik vaksin.

"Saya disarankan untuk tidak tes antigen dulu. Karena sehari sebelum ke pelabuhan saya baru suntik vaksin. Dokter di klinik sarankan tiga hari setelah suntik vaksin, takutnya imun saya turun kata mereka," terang Hv.

Ia pun merasa surat antigen di pelabuhan itu palsu. "Saya heran kenapa ada surat palsu seperti itu di pelabuhan. Antigen di pelabuhan memakai nama yang sama dengan klinik kami di luar," ucapnya.

Hal janggal lainnya yang ia rasakan waktu di pelabuhan yakni terkait waktu pengujian. "Biasanya tes antigen keluar hasil setelah 10 menit melakukan tes ,dan di sana hanya kurang lebih 2 menit surat antigen saya dan mama sudah keluar," terang Hv

"Kejanggalan lain yang kami dapat bahwa ,di pelabuhan saya lebih dulu yang dites, tapi kenapa di surat tersebut di nama mama saya (Gr) jam 10.04 dan saya (Hv) jam 10.09. Padahal jarak di antara kami sekitar kurang dari 1 menit dan itu saya duluan," bebernya.

Atas kasus dugaan rapid test antigen palsu ini, Batamnews.co.id tengah mengonfirmasi pihak terkait.

Load More