Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Senin, 23 Agustus 2021 | 18:37 WIB
Bocah di Kalbra mencoba mencari sinyal internet di kaki bukit untuk mengerjakan soal dari sekolahnya, (Suara.com/Ocsya Ade CP)

SuaraKalbar.id - Dino Hidayat jika ingin cari sinyal ponsel harus ke sawah. Sebab di Desa Lubuk Antuk, Kecamatan Hulu Gurung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar) termasuk kawasan jaringan buruk telekomunikasi.

Dino Hidayat masih berusia 14 tahun. Di usianya yang masih sangat muda itu dia harus rela pergi ke sawah atau berjalan empat kilometer ke desa sebelah, Nanga Tepuai demi mendapat jaringan internet untuk belajar daring.

"Kalau di sawah ada sinyal. Biasa sampai ketiduran di sawah saat belajar online. Di Tepuai (ibukota Kecamatan Hulu Gurung) juga ada sinyal. Jadi kalau ke sana, saya numpang di rumah teman," katanya saat berbincang dengan sejumla wartawan pekan lalu.

Bahkan, warga sempat mendaki Tebing Temilas dengan ketinggian 300-an mdpl. Di tebing Bukit Piyabung ini, selain menyuguhkan keindahan, juga memang terdapat sinyak yang kuat.

Baca Juga: Banjir Besar Terjang Kapuas Hulu, Lansia Sakit Dievakuasi Pakai Sampan

"Apalagi di bukit itu. Sinyalnya kuat. Tinggal kita aja, banyak atau tidaknya kuota internet," jelasnya sambil menunjuk ke arah Bukit Piyabung yang menjadi andalan warga Desa Lubuk Antuk.

Kondisi ini dialami Dino selama setahun. Itu harus dilakukan agar dia tidak ketinggalan mata pelajaran.

"Kalau sekarang sudah belajar di kelas, pas naik kelas dua. Itu pun jam sepuluh sudah pulang," terangnya.

Warga Perbatasan RI-Malaysai di Kalimantan Barat cari sinyal 4G di bukit. (Antara/Ho)

Agus Sumarno, warga setempat juga merasakan hal yang sama. Dia kesusahan untuk mengakses informasi di internet karena keterbatasan jaringan telekomunikasi.

"Sekarang serba online, jadi kami di sini ketinggalan informasi karena sinyal susah. Kami kalau cari sinyal, harus ke Tepuai dulu, atau ke bukit," katanya.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata di Kabupaten Landak yang Mempesona

Menurut lelaki berusia 36 tahun ini, adanya rencana pembangunan ratusan tower di Kapuas Hulu dianggap angin segar bagi masyarakat.

"Semoga ini segera terealisasi dan di desa kami mendapat sinyal yang kuat, agar kami bisa mudah mengakses informasi," harapnya.

Bahkan, Kepala Desa Lubuk Antuk Hardianto sempat merasakan penderitaan perjuangan mendapatkan sinyal. Ia menceritakan, aparatur perangkat desa terpaksa harus jauh-jauh ke luar desa untuk mendapat sinyal internet.

Hal itu dilakukan untuk mempermudah pekerjaan dalam hal menginput data misalnya. Termasuk untuk menerima surel dari pemerintah.

"Kami harus ke desa lain yang ada sinyal. Baru bisa kirim data ke pemerintah kabupaten atau berbalas surel. Sementara di desa kami susah sinyal," jelasnya.

Sampai-sampai, kata dia, ia harus menganggarkan dana desa untuk membeli kuota internet.

"Karena sinyal kami di sini tidak ada seperti mudahnya didapat di desa lain, terpaksa kami belikan alat dan isi kuota internet salah satu provider," jelasnya.

Hardianto menganggarkan Rp300 ribu per bulan untuk membeli kuota internet. Kadang, tak sampai sebulan kuota tersebut sudah habis.

"Sebenarnya sudah ada bantuan dari Kominfo, tapi sama saja tidak bisa. Akhirnya kami belikan modem, antena dan simcard. Itulah kendala kami di sini," katanya.

Kontributor : Ocsya Ade CP

Load More