Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Rabu, 24 November 2021 | 19:30 WIB
Ilustrasi penangkapan. (Pixabay/KlausHausmann)

SuaraKalbar.id - Sebanyak 18 petugas medis ditangkap Militer Myanmar. Mereka diciduk karena diduga merawat pasien yang berasal dari organisasi-organisasi teroris.

Menurut laporan surat kabar negara, Rabu (23/11/2021), pasukan Militer Myanmar menangkap para petugas medis pada Senin (22/11/2021) di sebuah gereja di Loikaw di Kayah, negara bagian di kawasan timur.

Di gereja itu, pasukan mendapati 48 pasien sedang dirawat. Tujuh di antaranya menderita Covid-19.

"Orang-orang yang luka dan para pasien dari organisasi-organisasi teroris diberi perawatan medis secara tidak resmi," kata Global Light of Myanmar, surat kabar yang merupakan corong junta.

Baca Juga: Sebut Dirinya Anak Tuhan, Pria Ini Paksa Gadis Berhubungan Seks Atas Nama Agama

Laporan itu tidak menyebutkan nama-nama organisasi teroris yang dimaksud.

Global Light of Myanmar melaporkan bahwa ke-18 petugas medis yang ditahan akan diadili sesuai undang-undang yang berlaku.

Sistem layanan kesehatan Myanmar nyaris ambruk setelah militer pada 1 Februari menggulingkan pemerintahan terpilih.

Banyak petugas medis ikut serta dalam gerakan pembangkangan oleh masyarakat sipil. Sebagai protes terhadap kepemimpinan junta, mereka menolak bekerja di rumah-rumah sakit yang dikelola pemerintah.

Banyak fasilitas dan petugas layanan kesehatan menjadi target penindakan oleh pasukan keamanan, menurut sejumlah kelompok pembela hak asasi manusia.

Baca Juga: Makna Doa Aku Percaya, Syahadat para Rasul dalam Gereja Katolik

Beberapa di antara empat dokter, empat perawat, dan empat asisten perawat yang ditangkap di gereja itu sebelumnya didakwa menghasut orang-orang untuk tidak menjalankan tugas, menurut laporan tersebut.

Sejak kudeta terjadi, sudah hampir sebanyak 1.300 warga sipil yang terbunuh dan lebih dari 10.000 lainnya ditahan, menurut Assistance for Political Prisoners (AAPP), organisasi yang memantau berbagai kejadian pascakudeta di Myanmar.

Militer Myanmar telah membantah kebenaran data AAPP tersebut, yang telah dikutip Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Juru bicara junta pekan lalu mengatakan 200 tentara terbunuh selama konflik tersebut. (Antara)

Load More