Dalam melakukan penguasaan terhadap daerah selatan, termasuk di daerah Pontianak Hindia-Belanda, Jepang sendiri diketahui memiliki taktik yang disebut Operasi Gurita agar Belanda tidak mendapatkan bantuan dari luar dengan sebelumnya melakukan penyerangan terlebih dahulu di Pearl Harbour, Amerika, yang merupakan markas armada Pasifik Amerika pada 8 Desember 1941.
Lewat 11 hari penyerangan di Pearl Harbour, Jepang kemudian menyambangi daerah Hindia Belanda dan menjatuhkan bom dari sembilan kapal terbang yang mengudara di langit Pontianak.
Usai kejadian kapal terbang sembilan tersebut, beberapa masyarakat pribumi mencoba melakukan evakuasi mandiri untuk keluar dari Pontianak namun tidak membuat penurunan drastis jumlah penduduk.
Dampak paling berat akibat pengeboman tersebut adalah ekonomi penduduk karena merasa takut untuk berdagang dan akhirnya memilih menutup tempat mata pencaharian mereka.
Rikaz menduga, Jepang sebelumnya memang telah menargetkan Indonesia untuk menjadi salah satu daerah jajahan mereka demi mencari sumber daya alam dengan mengirim beberapa mata-mata yang menjadi pengusaha.
“Pengusaha Jepang yang waktu itu ada di indonesia, itu memang pengusaha beneran dan ada beberapa dari mereka itu ada juga intel yang dikirim Jepang untuk berdagang sambil memata-matai,” katanya.
Selain pengusaha, diduga juga Jepang turut mengirim mata-mata yang berprofesi sebagai fotografer sehingga saat tiba di Indonesia, Jepang tak butuh waktu lama untuk mengetahui berbagai kawasan dan menargetkan tokoh mana yang harus mereka amankan. Salah satu orang dari Jepang yang diduga menjadi mata-mata di Pontianak adalah M. Honda.
Honda sendiri diketahui merupakan seorang warga Jepang yang telah tinggal di daerah Pontianak, Hindia-Belanda sejak tahun 1920-an karena adanya beberapa potret milik Honda di tahun tersebut.
“Belum menemukan arsip yang menyebutkan dia (Honda) intel, atau bukti fisiknya lah dia intel jepang tapi dari catatan sejarah, dalam beberapa sumber serta wawancara-wawancara, itu disebutkan bahwa M. Honda ketika tentara-tentara Jepang masuk, dia ganti seragam,” jelas Rikaz.
Baca Juga: Mengenang Sejarah Pertempuran Rakyat Melawan Pasukan Belanda di Cangkringan
Pengeboman oleh Jepang di Pontianak, diketahui tak hanya terjadi sekali pada 19 Desember 1941 namun juga pada tanggal 22 Desember, dan 29 Desember tahun tersebut. Peristiwa itu tersebar melalui surat kabar yang dibuat oleh sekutu Belanda di beberapa wilayah.
Sayangnya, pada pengeboman yang terjadi setelah 29 Desember 1941, tak dijelaskan secara pasti bagaimana kronologi kejadian dan korban yang terdampak. Namun diduga juga memakan korban jiwa yang tidak sedikit.
“Kesaksian dr. Heilbrunn menuturkan rumah sakit yang ada penuh diisi korban-korban pengeboman pesawat Jepang. Mereka dirawat oleh sejumlah dokter seperti dr. Heilbrunn, dr. Agoesdjam, dr. Rubini, dr. Lie Giok Tjoan, dan dr. Ahmad Diponegoro. Total korban meninggal di dua pengeboman tanggal 19 dan 22 Desember 1941 sudah sekitar 200 orang, 50 diantaranya meninggal saat dirawat,” ujar Rikaz.
Kontributor : Maria
Tag
Berita Terkait
-
Mengenang Sejarah Pertempuran Rakyat Melawan Pasukan Belanda di Cangkringan
-
Chen EXO Rilis Album Jepang Pertama dan Segera Gelar 'CHEN JAPAN TOUR 2023'
-
Pratama Arhan Dikabarkan segera Menikah di Jepang dengan Anak Anggota DPR
-
NASA Konfirmasi Juli 2023 sebagai Bulan dengan Suhu Terpanas dalam Sejarah
-
Sejarah Hari Ini: Peringatan Gempa Bumi Valparaiso, Chile 1906
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
Terkini
-
BRI Perkokoh Kemitraan Strategis dengan SSMS untuk Tingkatkan Skala dan Keberlanjutan Industri Sawit
-
151 Penyandang Disabilitas Terima Paket Sembako dan Nutrisi
-
Petugas Lapas Sintang Gagalkan Penyelundupan Sabu Dalam Paket Makanan
-
Laporan Keberlanjutan BRI Diakui Internasional, Perkuat Posisi sebagai Pemimpin Praktik ESG di Asia
-
Program Yok Kita Gas BRI Kumpulkan Ribuan Kilogram Sampah Plastik dan Kurangi Jejak Karbon