SuaraKalbar.id - Dua orang pekerja tambang emas ilegal di Desa Mantan, Kecamatan Suhaid, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, tewas tertimpa pohon di aliran Sungai Batang Suhaid. Kedua korban meninggal di lokasi kejadian setelah tertimpa reruntuhan pondok kayu akibat tumbangnya pohon di sekitar area pertambangan ilegal tersebut.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kapuas Hulu, IPTU Rinto Sihombing, mengonfirmasi kejadian tersebut.
“Kedua korban meninggal di lokasi kejadian. Salah satu korban berinisial RS, seorang pelajar asal Landau Siling, Kabupaten Melawi, sementara korban lainnya berinisial K, yang identitas lengkapnya masih dalam penyelidikan,” ujar Rinto di Putussibau, Kapuas Hulu, Sabtu (1/2/2025).
Petugas kepolisian tiba di lokasi kejadian pada Jumat (31/1) sekitar pukul 16.30 WIB setelah menerima laporan pada pukul 10.00 WIB. Setibanya di lokasi, tim Unit Lidik Satreskrim Polres Kapuas Hulu bersama Polsek Suhaid menemukan kedua korban dalam keadaan terbaring dan terjepit reruntuhan pondok kayu. Petugas mengevakuasi jenazah menggunakan peralatan khusus dengan cara memotong kayu yang menimpa tubuh korban.
Menurut IPTU Rinto, pihaknya telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengamankan barang bukti. Sejumlah saksi juga telah dibawa ke Polsek Semitau untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
“Kami sudah melakukan berbagai upaya pencegahan terhadap aktivitas tambang emas ilegal di wilayah ini. Sebelumnya, Polres Kapuas Hulu bersama Polsek Suhaid dan Polsek Semitau, serta pihak Kecamatan Suhaid, Koramil 1206-15/Suhaid, kepala desa, tokoh adat, dan masyarakat telah melakukan imbauan serta tindakan tegas berupa pembongkaran dan pembakaran lanting serta alat yang digunakan dalam aktivitas tambang ilegal,” ungkap Rinto.
Lebih lanjut, Rinto menegaskan bahwa penanganan pertambangan emas tanpa izin (PETI) bukan hanya menjadi tanggung jawab aparat penegak hukum, tetapi juga pemerintah daerah. Ia berharap agar Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu dapat mencari solusi berupa penyediaan lapangan kerja alternatif bagi para pekerja tambang ilegal.
“Selain ilegal dan merusak lingkungan, aktivitas PETI juga membahayakan nyawa para pekerja. Oleh karena itu, solusi jangka panjang perlu segera diterapkan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang,” pungkasnya.
Baca Juga: Harga Cabai dan Minyak Goreng Meroket di Kapuas Hulu, Apa Penyebabnya?
Berita Terkait
-
Harga Cabai dan Minyak Goreng Meroket di Kapuas Hulu, Apa Penyebabnya?
-
Kapuas Hulu Alokasikan Rp242,7 Miliar Dana Desa pada 2025
-
Bangunan BUMDes Nanga Semangut Ambruk Akibat Longsor di Kapuas Hulu
-
2 Pendulang Emas Tewas Tertimbun Tanah di Perkebunan Sawit Kapuas Hulu
-
Pembangunan Jembatan Layang di Kapuas Hulu Ditargetkan Selesai Maret 2025
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
BRI Perkuat Sektor Produktif UMKM dengan Penyaluran KUR
-
4 Pejabat KPU Karimun Ditetapkan Jadi Tersangka Korupsi Dana Hibah
-
Kepala Patung Soekarno di Indramayu Miring gegara Tertimpa Tenda
-
Pawai Cap Go Meh 2026 di Pontianak Digelar Setelah Salat Tarawih
-
BRI Perkokoh Kemitraan Strategis dengan SSMS untuk Tingkatkan Skala dan Keberlanjutan Industri Sawit