Scroll untuk membaca artikel
Bella
Kamis, 13 Februari 2025 | 10:51 WIB
Sejumlah pemain membakar replika liong naga di Wihara Tri Dharma Sui Kheu Thai Pak Kung di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Rabu (12/2/2025). Sebanyak sembilan naga yang telah diarak keliling kota dan mendatangi rumah-rumah warga Tionghoa untuk menolak bala serta mengusir roh jahat tersebut dibakar untuk menandai akhir dari perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang. ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/nym.

SuaraKalbar.id - Sebanyak sembilan replika naga yang sebelumnya memeriahkan perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Kota Singkawang akhirnya dibakar sebagai penutup rangkaian acara. Ritual ini berlangsung pada hari ke-16 penanggalan Tahun Baru China, menandai kembalinya ruh naga ke langit sesuai dengan kepercayaan masyarakat Tionghoa.

Ketua Panitia Imlek dan Cap Go Meh Kota Singkawang, Bun Chin Thong, menjelaskan bahwa prosesi bakar naga ini merupakan simbol pengembalian ruh naga setelah mereka menyelesaikan tugasnya di dunia untuk membersihkan jalan.

"Mereka terlebih dahulu akan singgah ke vihara atau kelenteng tempat naga itu buka mata sebagai pesan terakhir sebelum akhirnya dibakar di Pekong Kulor," ungkapnya pada Rabu (13/2).

Ritual ini hanya diwajibkan bagi naga yang telah mengikuti prosesi buka mata sebelumnya. Naga-naga kecil yang tidak mengikuti ritual tersebut tidak diwajibkan untuk dibakar.

Baca Juga: Wapres Gibran Saksikan Perayaan Cap Go Meh 2025 di Singkawang

"Jadi naga-naga yang ikut ritual buka mata itu wajib mengikuti ritual bakar naga, istilahnya ada buka mata ada tutup mata. Kalau naga-naga kecil itu tidak wajib karena tidak mengikuti buka mata, naga-naga itu biasa untuk permainan saja," tambahnya.

Ribuan warga tumpah ruah di area Pekong Kulor untuk menyaksikan prosesi sakral ini. Kilauan api yang membakar replika naga menciptakan pemandangan yang memukau, diiringi doa serta harapan baik untuk tahun yang lebih baik dari masyarakat yang hadir.

Sebelumnya, Karnaval Naga Bersinar turut menarik perhatian publik dengan parade yang dimulai dari persimpangan lampu merah Jalan Pattimura, menyusuri sepanjang Jalan Gajah Mada, dan berakhir di Jalan Budi Karya.

Di depan panggung utama, para naga berhenti sejenak untuk memberikan penghormatan kepada tamu-tamu undangan serta menerima angpao.

Hendry, salah satu panitia, menambahkan bahwa puncak Festival Cap Go Meh akan resmi ditutup pada 13 Februari dengan ritual ‘Naga Tutup Mata’, yang akan dilaksanakan di Yayasan Bakti Suci Sungai Raya.

Baca Juga: Banjir Landa 11 Kecamatan di Bengkayang, Warga Diminta Waspada

"Ritual ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur serta tamu-tamu penting yang hadir," terangnya.

Jika ritual buka mata bertujuan meminta restu kepada leluhur, maka tutup mata menjadi simbol akhir dari tradisi ini.

Ia juga berharap agar festival Cap Go Meh dapat membawa keberkahan bagi Pontianak dan sekitarnya. "Harapan kami, Pontianak menjadi kota yang sejahtera, aman, dan semua kegiatan berjalan lancar. Melalui tradisi ini, kita juga ingin menekankan pentingnya saling menghargai antar etnis dan agama," jelasnya.

Erwin (38), salah satu warga yang turut menyaksikan Karnaval Naga Bersinar, mengungkapkan bahwa dirinya sudah berada di lokasi sejak pukul 18.15 WIB demi mendapatkan posisi strategis.

"Saya memang sengaja datang lebih awal ke sini (Jalan Gajah Mada) karena ini momen yang ditunggu-tunggu. Sambil membawa keluarga, anak-anak sangat suka melihat naga bercahaya lampu," ungkapnya.

Perayaan Cap Go Meh di Singkawang kembali membuktikan pesonanya sebagai salah satu perayaan budaya terbesar di Indonesia. Tradisi yang berlangsung turun-temurun ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya Tionghoa, tetapi juga mempererat kebersamaan antar masyarakat.

Load More