SuaraKalbar.id - Kepolisian Indonesia mencari 2 penumpang Sriwijaya Air jatuh atau Sriwijaya Air SJ182 tujuan Jakarta - Pontianak, yang menggunakan identitas palsu. Polri pun berkoordinasi dengan Polda Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kabagpenum Divisi Humas Mabes Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan mengatakan, selain dengan Polda NTB dan manajemen maskapai, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil).
Hal itu dilakukan guna memastikan kebenaran adanya dua penumpang Sriwijaya SJ 182 yang diduga menggunakan identitas palsu tersebut.
"Kami akan melakukan koordinasi dengan Polda NTT juga nanti akan menanyakan kepada Disdukcapil apakah benar ada informasi atau laporan tentang penumpang pesawat Sriwijaya menggunakan KTP yang bukan miliknya," kata Ramadhan di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (11/1/2021).
Baca Juga:Update: 19 Sampel DNA Keluarga Korban Sriwijaya Air Dikirim dari Pontianak
Adapun Ramadhan menyampaikan bahwa tim gabungan hingga saat ini masih fokus mendata korban kecelakaan Sriwijaya SJ 182.
"Sampai saat ini hal tersebut masih kita dalami dan tim investigasi gabungan dari TNI, Basarnas dan elemen terkait lainnya masih terus melakukan pendataan terhadap para korban," katanya.
Sejumlah keganjilan terkait manifes penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta bermunculan.
Termutakhir, sepasang suami-istri asal Ende, NTB bernama Teofilus Lau Ura dan Selvin Daro diduga menggunakan identitas milik orang lain saat menumpangi pesawat nahas tersebut.
Berdasar data manifes, Teofilus dan Selvin diduga menggunakan identitas orang lain atas nama Feliks Wenggo dan Sarah Beatrice Alomau. Mereka duduk di kursi nomor 17 dan 18.
Baca Juga:Identitas Sarah Dipakai Korban Sriwijaya Air, Kenapa Bisa Lolos Terbang?
Richard Riwoe selaku kuasa hukum Sarah Beatrice Alomau mengungkapkan bahwa kliennya sempat terkejut tatkala mengetahui namanya tercatat dalam data manifes Sriwijaya SJ 182.
“Dia kaget namanya muncul di TV, sedangkan dia tidak pernah berangkat,” Richard.