SuaraKalbar.id - Sejumlah kapal tongkang bermuatan batu bara tak bisa berlayar menyusuri Sungai Barito beberapa waktu terakhir.
Kapal dan sejumlah tongkang kandas, terperangkap dan tidak bisa berlayar karena air sungai surut.
Hulu Sungai Barito di kawasan pedalaman Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, Kalimantan Tengah surut sehingga tongkang dan kapal sulit melintas dan terpaksa bersandar.
Kondisi tongkang tak bisa berlayar ini dibenarkan oleh Kepala UPTD Dermaga Muara Teweh pada Dinas Perhubungan Barito Utara, Muhammad Nurdin.
Baca Juga:Diduga Tertabrak Kapal Tongkang, Jembatan di Kutai Kartanegara Retak
"Angkutan angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar, bahkan ada yang kandas di tengah Sungai Barito dalam dua pekan terakhir," ujarnya seperti dikutip dari Antara, Senin (1/3/2021)
Nurdin menerangkan sejumlah kapal tarik atau tunda (tugboat) dan tongkang, yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir pada saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar di beberapa tempat.
Bahkan tiga buah tongkang bermuatan ribuan metrik ton batu bara kandas di tengah Sungai Barito di kawasan Teluk Siwak Kecamatan Montallat.
Selain itu ada 13 tongkang bermuatan batu bara bersandar di wilayah Bukau Kecamatan Teweh Tengah.
Ketinggian air Sungai Barito pada Skala Tinggi Air (STA) Muara Teweh pada Senin siang di angka 2,09 meter yang menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.
Baca Juga:Lagi Mancing, Perahu Ditabrak Tongkang, 2 Nelayan Sumenep Terlempar ke Laut
"Saat ini sejumlah tongkang kosong dan bermuatan batu bara sudah tidak bisa sehingga mereka bersandar di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito," katanya.
Kendati angkutan kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar, sejumlah kapal barang dan angkutan penumpang yang tonasenya sedang untuk sementara tidak mengalami kendala.
Kepala Kelompok Teknisi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Barito Utara Sunardi mengakui saat ini Sungai Barito surut, meski masih musim hujan.
"Saat ini masih memasuki musim penghujan, namun tingkat curah hujan di daerah ini pada Februari hanya 147 milimeter (16 hari hujan) atau di bawah normal dari rata-rata bulan yang sama sebanyak 240-325 mm," ungkapnya.