SuaraKalbar.id - Para orangtua harus hati-hati dalam memilih hukuman saat merasa anak melakukan kesalahan. Salah satunya, pikir-pikir lagi sebelum memukul anak.
Tak sedikit orangtua yang bakal memukul anak-anak, biasanya di bokong, sebagai bentuk hukuman. Namun, rupanya sains telah membuktikan bahwa perilaku seperti itu dapat memiliki dampak jangka panjang.
Sebuah studi yang terbit dalam Canadian Journal of Psychiatry menunjukkan remaja yang pernah dipukul atau ditampar ketika masih anak-anak mempunyai risiko besar untuk mengalami masalah kesehatan mental, fisik, dan perilaku menentang.
"Ada banyak bukti menunjukkan memukul pantat itu berbahaya. Tak ada penelitian yang menunjukkan manfaat bagi anak-anak. Walau begitu, beberapa orangtua terus menggunakan pukulan untuk mendisiplinkan anak," ungkap penulis studi Tracie O. Afifi, profesor dan Canada Research Chair in Childhood Adversity and Resilience, University of Manitoba.
Baca Juga:Anak Sakit Virus Corona Dirawat di Rumah Sakit, Berisiko Kena Long Covid-19
Dalam studi ini, dilansir Psychology Post, sebanyak 18% dari 1.883 sampel remaja melaporkan pernah menerima pukulan atau tamparan tiga kali atau lebih selama masa kanak-kanak.
Analisis data mengungkapkan remaja tersebut secara signifikan lebih berisiko memiliki gangguan kesehatan mental atau masalah kesehatan fisik ketimbang remaja yang mendapat pukulan atau tamparan dua kali atau kurang.
Remaja yang kerap dipukul juga cenderung menunjukkan perilaku menyimpang, misalnya mengutil atau menyakiti orang lain secara fisik.
Afifi menambahkan, "Semua bentuk hukuman fisik, bahkan jika dianggap ringan dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan hasil buruk bagi remaja, termasuk masalah kesehatan fisik, gangguan mental, dan perilaku menentang."
"Bersama dengan penelitian lain, penelitian saat ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa memukul/menampar tak boleh dilakukan pada anak-anak dan remaja," ujar Afifi menyimpulkan.
Baca Juga:Umur 56 Tahun Masih Ganteng Bak Anak Muda, Sosok Bapak Ini Mendadak Viral