Sejarah Orang Tionghoa di Kalimantan Barat, Perang Kongsi di Kota Tambang Emas

Etnis Tionghoa sudah melakukan perjalanan melalui Kalimantan Barat sejak abad ke-3.

Husna Rahmayunita
Rabu, 09 Juni 2021 | 15:19 WIB
Sejarah Orang Tionghoa di Kalimantan Barat, Perang Kongsi di Kota Tambang Emas
Ilustrasi orang Tionghoa di Kalimantan Barat. [Suara.com/Arief Hermawan P]

Ia membawa 100 orang keluarganya dari Kampung Shak Shan Po. Saat itu, sudah ada dua kongsi besar di Pontianak, yakni Tszu Sjin dan Tio Ciu. Kedua kongsi ini menganggap Lo Fong sebagai orang penting.

Lo Fong pun memutuskan pindah ke Mandor. Di sana ia membangun rumah untuk rakyat, majelis umum, dan pasar. Lambat laun, ia menguasi tambang emas Liu Kon Siong dan tambang perak Pangeran Sita dari Ngabang.

Lo Fong pun berhasil menguasai Kerajaan Mempawah, Pontianak, dan Landak. Ketiga daerah ini disatukan menjadi Republik Lan Fong pada tahun 1777.

Pada tahun 1795, Lo Fong meninggal dan dimakamkan di Sak Dja Mandor. Republik ini pun bubar.

Baca Juga:Persaingan Penyedia Layanan 5G Sengit, Siapa Juaranya?

Pada tahun itu juga terjadi pertempuran antara kongs Tai Kong dan Sam Tiu Kiu. Hal ini disebabkan Sam Tiu Kiu melakukan penggalian emas di Sungai Raya Singkawang, daerah kekuasaan Tai Kong. Monterado pun akhirnya dikuasai oleh Sam Tiu Kiu.

Peta politik pun berubah sejak Belanda memasuki Kerajaan Sambas pada tahun 1818. Mereka mengatakan bahwa Monterado di bawah kekuasaan Pemerintah Belanda.

Beberapa perlawanan dilakukan oleh orang-orang Tionghoa, mereka menolak kekuasaan absolut Belanda. Pihak Belanda membubarkan seluruh perkosingan China di Kalimantan Barat.

Namun, sejak terjadi perang saudara di China pada 1921-1929, warga Tionghoa kembali masuk Kalimantan Barat dan sejumlah daerah Serawak dan Malaya.

Itulah sejarah orang tionghoa di Kalimantan Barat.

Baca Juga:5 Keunikan Rumah Betang Suku Dayak, Salah Satunya Menghadap Matahari Terbit

Kontributor : Sekar Jati

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini