SuaraKalbar.id - Viral kuburan pakai Kode QR di batu nisan. Benarkah kuburan Kode QR itu ada?
Akun Facebook RevolutionerG membagikan sebuah gambar seorang wanita memindai kode QR pada benda seperti bentuk batu nisan di kuburan Jepang dengan klaim jika memindai bisa mendapatkan informasi tentang kehidupan almarhum.
Berikut narasi yang beredar:
“QR code on grave in Japan!!!
Such a RevolutionerG idea…
New generation will see their #Biography on cell phones !
The graves of the Japanese are equipped with a special QR code for each grave, which shows you pic.
Baca Juga:Diduga Selingkuh, Seorang Pemuda Disiram Pacar di Depan Selingkuhan, Warganet: Malunya Itu
Did You Know??
There are graves in japan equipped with QR code for each grave.
Which show you picture, information and a brief biography of the life of the Dead.
Terjemahan:
“Kode QR pada kuburan di Jepang!!!
Ide RevolutionerG seperti itu… Generasi baru akan melihat #Biografi mereka di Handphone! Makam Jepang dilengkapi dengan kode QR khusus untuk setiap kuburan, yang menunjukkan Anda gambar. #teknologi #RevolutionerG
Tahukah kamu??
Baca Juga:Lesti Kejora-Rizky Billar Dinilai Bohongi Publik, Giliran KPI Jatim Bakal Lapor Polisi
Ada kuburan di Jepang yang dilengkapi dengan kode QR untuk setiap kuburan. Yang menunjukkan kepada Anda gambar, informasi, dan biografi singkat tentang kehidupan Orang Mati.
Berdasarkan penulusuran Turnbackhoax.id -- jaringan Media Suara.com, ditemukan gambar serupa dalam artikel dari Cihna yang berjudul “Online memorial dedicated to WWII victims” yang terbit pada tahun 2015.
Dalam artikel tersebut, ditemukan bahwa gambar itu diambil di sebuah taman hiburan di Cina Barat Daya dan bukan batu nisan asli.
Pengunjung taman dapat memindai kode QR pada batu nisan tiruan untuk memperingati korban Pembantaian Nanjing dan Pemboman Chongqing yang dilakukan oleh pasukan Jepang di Cina selama Perang Dunia II.
Sebagai tambahan, ditemukan bahwa teks yang tertulis di batu nisan tiruan jika diterjemahkan artinya “Korban Pembantaian Nanjing”, dan teks itu bukan bahasa Jepang melainkan bahasa Cina.
Dengan demikian klaim yang terdapat dalam narasi gambar tersebut tidak sesuai fakta, maka dapat dikategorikan konten yang salah.