Musibah Longsor Aktivitas PETI di Bengkayang, Antara Himpitan Ekonomi dan Pencarian Hidup

Mungkin pikiran mereka ini untuk cari makan, untuk menghidupi anak istri, anak sekolah sehingga mereka tidak ada lagi lapangan kerja yang mereka dapat

Bella
Senin, 19 September 2022 | 17:29 WIB
Musibah Longsor Aktivitas PETI di Bengkayang, Antara Himpitan Ekonomi dan Pencarian Hidup
Barang Bukti berupa mesin dompeng turut diamankan di Polres Bengkayang, Kalimantan Barat pada musibah tanah longsor di aktivitas PETI di Bengkayang, Kalimantan Barat merenggut nyawa warga hingga meninggal dunia.[Suara.com/Diko Eno]

SuaraKalbar.id - Aktivitas Pertambangan Emas di Desa Kinande, Kecamatan Lembah Bawang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Namun musibah longsor, baru kali ini terjadi di kawasan itu.

Dulunya, para pendulang berasal dari warga setempat. Bahkan lambat laun ada juga warga pendatang mencari nafkah di tempat itu.

"Kalau aktivitas yang ada di desa kita ini sudah puluhan tahun, ada yang dari warga setempat juga ada yang dari luar. Karena dulu ini kawasan bekas Eka Tambang," kata Kepala Desa Kinande, Philipus kepada Suara.com, Senin (19/9/2022).

Philipus mengungkapkan, warga yang menjadi pendulang emas tak ada pilihan lain. Mendulang menjadi pilihan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah himpitan ekonomi.

Baca Juga:Bea Cukai Lepas Ekspor Perdana Anthurium dan Rumput Laut

"Mungkin pikiran mereka ini untuk cari makan, untuk menghidupi anak istri, anak sekolah sehingga mereka tidak ada lagi lapangan kerja yang mereka dapat yang lebih baik terkecuali bekerja seperti ini,"ungkapnya.

"Kita larang pun mereka tetap bekerja, karena isi perut ini tadi demi himpitan ekonomi. Kalau sudah ada izinnya dari pemerintah kita juga bisa atur supaya terkoordinir dan safety bahkan biar ada PAD yang masuk ke pemerintah tentunya,"sambungnya lagi.

Philipus juga mengakui memang ada beberapa warga dari luar pulau Kalimantan yang ada untuk bekerja mendulamg emas di daerah itu. Bahkan pemerintah desa dulunya, sempat mendata siapa saja warga yang masuk untuk bekerja.

"Kalau dulu dari tahun 90an sampai 2000an kami dulu ada data, tapi setelah semakin kesini sudah tak terdata warga-warga mana yang datang bekerja. Memang ada dulu beberapa kabupaten dan dari luar misalnya dari Jawa, Sulawesi, Sumatra yang datang kesini untuk mendulang. Untuk yang sekarang ini saya belum tau apakah mereka ini benar-benar berasal dari Kalbar atau juga ada yang dari luar lagi,"ujarnya.

Philipus menyebut dari musibah longsor yang terjadi, terdapat 1 warganya yang menjadi korban.

Baca Juga:Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Global, Bahana TCW Utamakan Penilaian Risiko Pada Bahana Gebyar Dana Likuid

"Ada satu warga kita di sini yang menjadi korban, namun hanya luka-luka ringan dan 4 korban itu berasal dari luar daerah ini,"sebutnya.

Dia berharap agar aktivitas pertambangan emas ilegal ini segera ditutup. Sebab, sebelum kembali terjadi memakan korban berikutnya, ia meminta warga untuk waspada dan menjadikan musibah ini sebagai contoh yang perlu diwaspadai.

Bahkan, ia meminta agar pemerintah dapat andil memberikan solusi dalam membuatkan izin pertambangan agar aktivitas masyarakat ke depannya dapat legal dan mudah diatur.

"Kalau bisa ini berhenti dulu semua, atau tutup aktivitas ini. Sampai ada keputusan dari pemerintah untuk mengaturnya biar ini berjalan lagi. Kita mohon jika kedepannya pemerintah ikut andil nanti mohon dalam membuat IPR atau supaya aktivitas masyarakat menjadi legal,"pungkasnya.


Kontributor: Diko Eno

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini