Tradisi Telingaan Aruu: Keunikan Pemanjangan Telinga pada Suku Dayak

Suku Dayak Iban, contohnya, melibatkan manik-manik berat yang menempel pada telinga untuk melatih kesabaran,

Bella
Jum'at, 10 November 2023 | 08:00 WIB
Tradisi Telingaan Aruu: Keunikan Pemanjangan Telinga pada Suku Dayak
Tradisi Telingaan Aruu suku dayak, (Indonesiagoid)

SuaraKalbar.id - Indonesia dihuni oleh berbagai suku yang kaya akan keragaman budaya termasuk cara pandang tentang kecantikan.

Hal ini tercermin dalam tradisi unik yang berkaitan dengan definisi kecantikan masing-masing suku. Salah satu tradisi yang mencolok adalah Telingaan Aruu, praktik memanjangkan daun telinga yang menjadi ciri khas suku Dayak di pedalaman Kalimantan.

Telingaan Aruu menjadi simbol kebangsawanan dan kecantikan bagi suku Dayak. Menurut suku ini, semakin panjang telinga seorang wanita, semakin cantik dan mulia ia dianggap.

Secara khusus tradisi ini dijalankan oleh beberapa suku Dayak, seperti Dayak Kenyah, Dayak Bahau, Dayak Penan, dan lainnya.

Baca Juga:Trend Douyin Makeup Viral dengan Produk Lokal

Ritual Telingaan Aruu dimulai sejak bayi dengan tindakan mucuk penikng, yaitu penindikan daun telinga. Setelah itu, benang digunakan sebagai pengganti anting-anting, dan seiring waktu, digantikan oleh pintalan kayu gabus yang menyebabkan lubang pada daun telinga semakin membesar.

Anting-anting tembaga, disebut belaong, kemudian digunakan dan ditambahkan secara berkala, menciptakan lubang telinga yang besar dan panjang.

Meskipun tradisi ini memiliki variasi di antara sub suku Dayak, tujuannya tetap sama, yaitu menciptakan telinga yang panjang sebagai simbol keanggunan dan kebangsawanan.

Suku Dayak Iban, contohnya, melibatkan manik-manik berat yang menempel pada telinga untuk melatih kesabaran.

Sayangnya, tradisi Telingaan Aruu perlahan mulai ditinggalkan, terutama oleh generasi muda. Meski masih ada beberapa perempuan yang mempertahankan tradisi ini, mereka umumnya sudah berusia senja.

Baca Juga:Sempat Dituduh Pro Israel, Brand Kecantikan Lokal Tunjukkan Bukti Donasi Rp 600 Juta untuk Palestina

Beberapa di antara mereka bahkan sengaja menghilangkan atribut tradisi tersebut karena dianggap ketinggalan zaman.

Banyak yang melihat Telingaan Aruu sebagai tradisi masa lalu, namun nilai-nilai dan keunikan yang terkandung dalam praktik ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan identitas suku Dayak.

Meskipun pemanjangan telinga mungkin perlahan tergantikan oleh arus modernisasi, Telingaan Aruu tetap menjadi warisan budaya yang memikat dan menggambarkan kekayaan tradisional suku Dayak di Kalimantan.

Kontributor : Maria

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini