SuaraKalbar.id - Viral sejumlah pengepul karet keluhkan kualitas karet yang didapatkan diduga mengandung bahan campuran.
Kejadian tersebut diketahui viral di sosial media dan terjadi di Kampung Mengkudu, Sambas, Kalimantan Barat pada Selasa (04/06/2024).
Dalam unggahan yang dibagikan akun Instagram @sambasinformasi, terlihat dua orang pengepul karet tampak cukup kesal mendapati karet yang mereka beli dari petani karet yang tak murni 100 persen.
"Dalam karet tersebut, sering kali ditemukan campuran kulit kayu, sampah, dan daun kering yang merusak kualitasnya. Hal ini membuat kualitas karet menurun dan mengakibatkan kerugian bagi pengepul dan petani lainnya," tulis keterangan dalam unggahan tersebut.
Baca Juga:Mendebarkan, Video Detik-Detik Bidan Desa Antar Ibu Hamil ke Rumah Sakit Sanggau Lewat Sungai Curam
Menurut kesaksian seorang pengepul karet, kasus ini kerap ditemukan dan dinilai sangat merugikan.
"Kami sering menemukan karet yang dicampur dengan berbagai bahan yang tidak seharusnya ada. Karet yang seharusnya berkualitas baik menjadi tidak layak jual dan harganya pun turun," ujarnya,
Pengepul karet dalam unggahan tersebut turut berharap, petani karet dalam lebih jujur dalam menjalankan usaha tersebut apalagi harga karet yang mahal dapat menjadi murah.
"Jadi kepada masyarakat yang membuat getah harian, jangan dicontoh hal ini. Harga yang sedang mahal nanti jadi murah. Hancur-hancur," ujar seorang pengepul karet tertawa terpaksa.
Sebelumnya diberitakan bahwa harga karet di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) mengalami kenaikan yang signifikan, memberikan harapan positif bagi para petani di daerah tersebut.
Baca Juga:Akash Elahi Tiktokers Asal Tukri Rela Terbang ke Pontianak Demi Pentol Kuah
Di Kabupaten Sambas, harga karet mencapai Rp13.500 per kilogram, meningkat dari sebelumnya sekitar Rp10.000 per kilogram. Junaidi, seorang penampung karet di Sendoyan, menyatakan bahwa harga karet dengan tingkat kekeringan standar saat ini dibeli seharga Rp13.000 per kilogram.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar, Heronimus Hero, mengungkapkan bahwa meskipun harga karet membaik, luas lahan karet di Kalbar terus menurun, kini hanya sekitar 590 ribu hektare dengan produksi 230 ribu ton per tahun. Penurunan jumlah pabrik karet dari 17 menjadi 5 juga menjadi tantangan.
Namun, kenaikan harga membuka peluang bagi petani untuk kembali membudidayakan karet. Permintaan tinggi memaksa Kalbar mengimpor karet dari Pantai Gading, Afrika.
Pemerintah mendorong revitalisasi dan peremajaan kebun masyarakat dengan rencana revitalisasi 15 hektare lahan karet pada tahun 2024. Selain itu, Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar di beberapa daerah telah terbukti efektif menjaga pasar dan harga karet yang baik bagi petani.