Minim Suara Perempuan dalam Isu Lingkungan, Jurnalis Perempuan Khatulistiwa Gelar Lokakarya

Isu SDA di Kalimantan Barat (Kalbar) itu sangat seksi namun hanya terbatas pada kelompok tertentu atau gender tertentu,

Bella
Minggu, 14 Juli 2024 | 18:00 WIB
Minim Suara Perempuan dalam Isu Lingkungan, Jurnalis Perempuan Khatulistiwa Gelar Lokakarya
Kegiatan Lokakarya Jurnalis Perempuan Khatulistiwa. (JPK)

SuaraKalbar.id - Jurnalis Perempuan Khatulistiwa (JPK) menggelar kegiatan Lokakarya yang diikuti oleh belasan jurnalis perempuan di Pontianak, Kalimantan Barat pada Kamis dan Jumat (11-12/07/2024) kemarin.

Dalam kegiatan lokakarya tersebut, penguatan akses dan peran perempuan dalam perlindungan serta pengelolaan sumber daya alam yang inklusif dan berkelanjutan di Kalimantan Barat, menjadi tema yang dibagikan kepada para peserta.

Asheanty Pahlevi, ketua JPK, menyebutkan tema ini sengaja diangkat berdasarkan keresahan lembaga tersebut terkait kurangnya keterlibatan perempuan dalam berbagai isu-isu, terkhususnya mengenai pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) di Kalimantan Barat.

"Isu SDA di Kalimantan Barat (Kalbar) itu sangat seksi namun hanya terbatas pada kelompok tertentu atau gender tertentu," ujar Levi saat diwawancarai.

Baca Juga:Hilang Harga Diri, Mobil Pajero Sport di Kalimantan Dipakai untuk Angkut Rumput!

Levi menyebutkan, perempuan merupakan kelompok yang paling terdampak jika berbicara mengenai isu pengelolaan SDA namun sayangnya kelompok tersebut dinilai minim mendapatkan perhatian.

"Isu ini ingin kita tampilkan bahwa kelompok perempuan paling terdampak ketika pengelola SDA itu timpang, tidak mengakomodir kebutuhan perempuan, tidak melihat perempuan sebagai kelompok terdampak," jelasnya.

Oleh sebab itu dengan menggelar kegiatan lokakarya tersebut, Levi berharap adanya gerakan yang dimulai dengan melibatkan jurnalis perempuan untuk ikut serta melakukan perubahan terhadap cara pandang khususnya bagi pemegang kebijakan.

"Kita harapkan perempuan-perempuan (jurnalis) menulis isu perempuan dalam sudut pandang perempuan agar menciptakan orang yang membaca menjadi tergugah untuk mengubah tindakan apa yang mereka lakukan untuk mengakomodir suara-suara perempuan.

Aris Munandar, seorang jurnalis yang kerap mengangkat isu lingkungan sekaligus salah satu pemateri dalam kegiatan tersebut, sepakat bahkan perempuan dan lingkungan memiliki kaitan yang tak terpisahkan.

Baca Juga:5 Taman Menawan di Singkawang: Surga Tersembunyi di Kalimantan Barat

"Ada banyak hal yang tidak bisa dipisahkan antara kehidupan perempuan dan lingkungan, misalnya perempuan itu sebagai pewaris tradisi dan tradisi ini selalu berkaitan dengan kearifan lokal dalam menjaga lingkungan," ujarnya.

Aris setuju jika perempuan turut menjadi terdampak dalam berbagai isu lingkungan, meskipun demikian ia tak memungkiri bahwa perempuan memiliki peran yang besar dalam melakukan perubahan.

Perempuan dan anak sering terdampak menjadi korban dari degradasi lingkungan. Tapi ada juga peran perempuan yang sentral yang mempengaruhi pola pikir dan wawasan masyarakat lokal itu ketika disampaikan oleh perempuan ada kelebihan tersendiri dibandingkan disampaikan oleh laki-laki," jelas Aris.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini