Seorang warga Sintang, Vika, menyebutkan kondisi sampah di daerah tersebut memang cukup parah dengan minimnya fasilitas pembuangan yang disediakan pemerintah.
"Dua bulan lalu kami dari OMK MRSA itu mengadakan kegiatan pemungutan sampah di sekitar waterfront kan, nah dari ujung ke ujung waterfront itu banyak banget sampah berserakan dengan tong sampah yang minim hanya ada sekitar 2 atau 3 tong aja di sepanjang waterfront, dan ironinya setelah dibersihkan, besokan harinya sampah sudah berserakan lagi di tempat itu," ujar Vika.
Vika mengakui aksi yang dilakukan sejumlah warga tersebut dapat disebut sebagai anarkis, namun meskipun demikian ia tak memungkiri bahwa sikap tersebut adalah bentuk kekecewaan masyarakat.
"Sebenarnya itu sikap anarkis ya tapi melihat kinerja pemerintah yang slow banget mengalahi jalannya siput membuat saya ikut merasakan geram yang dialami oleh pihak yang bersangkutan. Dari berita yang beredar kan mereka udah meminta dengan baik-baik ya tapi terus diabaikan dan merasa ditinggalkan jadi ya wajar aja sih," jelasnya.
Baca Juga:7 Tempat Wisata Alam dan Budaya di Sintang, Cocok untuk Destinasi Liburan Keluarga
Selain itu, ia turut menyebutkan bahwa tak sedikit masyarakat Sintang memilih untuk membakar sampah karena minimnya area pembuangan sampah.
"Banyak orang yang jadinya bakar sampah karena gak ada tempat buang sampahnya, kan itu jug pencemaran jadinya. Kalo dinsos ini peduli pasti tong sampah gak cuman satu dua, dan TPA itu benar-benar diurus dan (tidak) terbengkalai sampai menumpuk sampahnya," tambahnya.
Kontributor : Maria