SuaraKalbar.id - Menjelang perayaan Iduladha, masyarakat diimbau memperhatikan tata cara penyembelihan hewan kurban yang baik dan benar, termasuk soal pemberian pakan sebelum pemotongan.
Pakar penyembelihan halal dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, Dr. drh. Supratikno, menyarankan agar hewan kurban dipuasakan selama 12 jam sebelum disembelih.
Menurutnya, pemberian pakan dalam jumlah banyak sesaat sebelum penyembelihan dapat menimbulkan dampak buruk bagi hewan dan daging hasil sembelihan.
“Jika hewan diberi makan berlebihan sebelum disembelih, besar kemungkinan akan muntah saat proses penyembelihan berlangsung,” ujar Supratikno dalam acara “Berkurban Aman, Sehat, dan Menentramkan” yang digelar Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Provinsi DKI Jakarta, Selasa (3/6).
Baca Juga:Pemkot Pontianak Terbitkan SE Idul Adha Tanpa Sampah Kantong Plastik, Ini 5 Alternatif Pengganti!
Muntahan hewan, lanjutnya, dapat menimbulkan berbagai risiko.
Selain mencemari luka bekas sembelihan, muntahan juga bisa membawa bakteri dan kotoran yang mengkontaminasi daging di sekitarnya.
Hal ini tentu menurunkan kualitas daging dan membahayakan aspek kesehatan.
“Muntahan bisa mengenai luka dan menyebabkan infeksi. Itu berisiko menurunkan mutu daging serta memunculkan bau tak sedap,” jelas Supratikno.
Minum Tetap Diperbolehkan
Meski disarankan untuk dipuasakan dari makanan, Supratikno menekankan bahwa hewan tetap harus mendapatkan akses air minum yang cukup hingga waktu penyembelihan tiba.
Baca Juga:Pemkot Pontianak Hadirkan Pasar Murah Jelang Idul Adha, Cek Jadwal dan Lokasinya di Sini!
“Jangan dicekok atau digelonggong air. Cukup sediakan air minum, agar saat hewan ingin minum, dia bisa melakukannya sendiri,” tegasnya.
Memberikan air minum, kata dia, tidak hanya menjaga kesejahteraan hewan, tetapi juga berperan penting dalam proses penyembelihan.
Darah hewan yang cukup terhidrasi akan lebih encer, sehingga bisa keluar lebih cepat dan bersih saat disembelih.
“Jika darah keluar sempurna, hewan akan cepat mati dan kualitas dagingnya lebih baik karena sedikit darah yang tertinggal,” terang Supratikno.

Antara Puasa dan Kesejahteraan Hewan
Praktik puasa makanan menjelang penyembelihan bukan berarti membiarkan hewan kelaparan atau mengalami penderitaan.
Menurut Supratikno, ada perbedaan antara lapar dan kelaparan.
Lapar masih dalam batas toleransi, sementara kelaparan merupakan kondisi ekstrem yang tidak diperbolehkan dari segi kesejahteraan hewan.
“Kita tidak boleh menyiksa hewan. Yang dimaksud puasa di sini adalah tanpa makan selama 12 jam, tetapi air tetap tersedia. Itu bentuk kepedulian terhadap kesejahteraan hewan juga,” katanya.
Ia menyadari bahwa praktik ini belum tentu bisa diterapkan sepenuhnya oleh semua masyarakat.
Namun, edukasi yang berkelanjutan diperlukan agar prinsip-prinsip penyembelihan halal dan sehat bisa diinternalisasi oleh para peternak, panitia kurban, hingga masyarakat umum.
Dampak pada Mutu dan Keamanan Daging
Penyembelihan yang dilakukan sesuai prosedur tak hanya menjamin kehalalan, tetapi juga menjamin kualitas dan keamanan daging kurban.
Ketika daging tercemar muntahan atau darah yang tidak keluar sempurna, risiko kontaminasi bakteri meningkat.
Ini dapat menyebabkan daging lebih cepat rusak dan tidak layak konsumsi.
Supratikno juga mengingatkan bahwa hewan kurban yang sedang sakit sebaiknya dikarantina dan tidak langsung disembelih.
Pemeriksaan kesehatan oleh petugas sangat penting sebelum proses kurban dilakukan.
“Pastikan hewan yang akan disembelih dalam kondisi sehat. Daging dari hewan yang berpenyakit harus dimusnahkan, bukan dibagikan,” katanya menegaskan.
Edukasi Kurban Sehat dan Aman
Acara edukasi yang digelar oleh Dinas KPKP DKI Jakarta ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap prosedur kurban yang aman dan menentramkan, baik dari sisi syariat maupun kesehatan masyarakat.
Dinas mengingatkan masyarakat untuk hanya membeli hewan kurban dari penjual yang sudah terverifikasi dan hewan yang sudah diperiksa kesehatannya oleh petugas.
Dengan mengikuti panduan penyembelihan yang benar, masyarakat tidak hanya menunaikan ibadah secara sah, tetapi juga memastikan bahwa daging kurban yang dibagikan benar-benar aman dan berkualitas untuk dikonsumsi.