Hal ini memastikan bahwa produk yang dibeli berasal langsung dari produsen dan telah melalui jalur distribusi resmi.
Selanjutnya, periksa kemasan produk secara seksama. Kemasan oli asli umumnya memiliki label yang rapi, warna cetakan yang tajam, serta tutup botol yang tersegel dengan baik.
Hindari produk dengan label buram, tutup longgar, atau tampak tidak profesional.
Jangan lupa juga untuk mengecek nomor batch dan tanggal produksi pada kemasan.
Baca Juga:Bus Tabrak Warung di Kubu Raya, Satu Orang Tewas, Polisi Buru Truk Kabur
Oli yang asli akan mencantumkan informasi tersebut dengan cetakan yang jelas dan konsisten.
Jika terlihat samar atau tidak sesuai format umum, produk tersebut patut dicurigai.
Kini banyak produsen menyediakan fitur keamanan tambahan seperti QR code atau aplikasi resmi yang bisa digunakan untuk memverifikasi keaslian produk.
Cukup dengan memindai QR code pada kemasan menggunakan aplikasi dari produsen, konsumen bisa mengetahui apakah produk tersebut asli atau tidak.
Faktor lain yang patut diperhatikan adalah harga. Jika harga oli jauh lebih murah dari harga pasaran, ada kemungkinan produk tersebut palsu.
Baca Juga:Sempat Buron Sebulan, Pencuri Rumah di Kubu Raya Berhasil di Bekuk Polisi
Konsumen sebaiknya tidak mudah tergiur harga miring yang tidak masuk akal.
Indikasi lainnya bisa dilihat dari warna dan aroma oli. Oli asli biasanya berwarna jernih dan memiliki aroma ringan khas pelumas.
Sebaliknya, oli palsu sering kali tampak keruh dan memiliki bau yang menyengat atau tidak lazim.
Terakhir, selalu simpan struk pembelian sebagai bukti transaksi.
Struk ini bisa digunakan jika terjadi masalah di kemudian hari, baik untuk komplain, pengembalian barang, maupun klaim garansi.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, konsumen dapat menghindari risiko kerusakan kendaraan akibat penggunaan pelumas palsu dan memastikan kualitas pelumas yang digunakan sesuai standar.