Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Minggu, 07 November 2021 | 15:20 WIB
Warga dan Petugas terpaksa menggunakan sampan sebagai salah satu transportasi yang dapat digunakan akibat banjir di Kabupaten Melawi. [Suarakalbar.co.id/Dea Kusumah]

SuaraKalbar.id - Banjir yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) sejak beberapa waktu terakhir cukup memprihatinkan. Bahkan di sejumlah wilayah seperti Kabupaten Sintang yang tergenang banjir, air tak kunjung surut.

Beberapa ahli kemudian merespon persoalan yang terjadi di provinsi tersebut. Selain tingginya curah hujan, ada beberapa faktor yang menyebabkan sejumlah wilayah di provinsi berjulukan seribu sungai tersebut banjir.

"Perubahan atau konversi lahan, menyebabkan jenis tutupan lahan berubah, hal ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan daerah aliran sungai (DAS), sehingga hidrografi aliran pada DAS tersebut berubah menjadi tidak baik," kata Ahli Teknik Sumber Daya Air Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura (Untan) Prof Dr Henny Herawati di Pontianak seperti dikutip Antara pada Minggu (7/11/2021).

Prof Dr Henny Herawati saat memberikan Pelatihan Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI). [ANTARA/Ist]

Selain itu, pengajar di Fakultas Teknik Untan ini juga menyebut, persoalan penyebab banjir lainnya karena konversi tutupan lahan, seiring bertambahnya jumlah penduduk dan keinginan melakukan konversi lahan menjadi lahan budidaya.

Baca Juga: Sintang Dilanda Banjir, Pemkab Tak Wajibkan ASN Masuk Kantor

"Sehingga lahan dibuka untuk pemukiman, lahan awalnya merupakan lahan tertutup atau kawasan hutan dibuka untuk lahan pertanian atau perkebunan. Selain itu, curah hujan yang lebat terjadi di sejumlah daerah di Kalbar, menyebabkan banjir yang melanda di daerah hulu Sungai Kapuas," tuturnya.

Tak hanya itu, faktor lain penyebab banjir juga dipengaruhi jenis tanah, tutupan lahan, dan pengolahan lahan.

Dikemukakannya, fenomena banjir terjadi karena kondisi meluapnya muka air sungai, akibat tingginya aliran sungai. Sehingga, tidak mampu tertampung oleh penampang sungai yang ada.

"Banjir merupakan peristiwa meluapnya air dari badan sungai akibat curah hujan yang relatif tinggi dan tidak mampu ditampung oleh penampang sungai atau dapat dikatakan kondisi muka air jauh di atas normal," kata alumni Fakultas Teknik Untan Pontianak ini.

Meski begitu, dia mengemukakan solusi yang harus dilakukan untuk mencegah banjir. Dia mengemukakan, kuncinya berada pada sinergi pemerintah, pemangku kebijakan serta masyarakat sekitarnya.

Baca Juga: Banjir Sintang Terjang 12 Kecamatan, Korban Capai 21,874 Kepala Keluarga

Dia menegaskan, dalam hal tersebut sangat dibutuhkan peran pemerintah dan pemangku kebijakan yang sigap mengatasi banjir sangat diharapkan, terutama sektor-sektor yang berwenang menangani masalah banjir.

"Harus adanya sinergi antar institusi baik Dinas Pekerjaan Umum, Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, Lingkungan Hidup dan institusi lainnya, selain itu masyarakat harus tangguh untuk beradaptasi terhadap lingkungan," ujarnya. (Antara)

Load More