SuaraKalbar.id - Jagat media sosial Pontianak belakangan ini menjadi pusat perbincangan hangat menyusul viralnya unggahan dari salah satu pemilik akun media sosial yang diduga melanggar etika dalam penggunaan platform tersebut. Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Kalimantan Barat, Kundori, memberikan tanggapannya terkait kontroversi ini.
Kundori menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi.
"Harusnya beretika," tegas Kundori saat dimintai tanggapan oleh awak media pada Minggu (11/2/2024).
Menurut Kundori, ada perbedaan mendasar antara produk pers dan media sosial.
"Apa yang dihasilkan oleh pers disebut berita, sementara apa yang dipublikasikan di media sosial adalah informasi," paparnya.
Kundori menjelaskan bahwa produksi berita melalui proses pengolahan oleh wartawan yang memiliki kompetensi terukur. Di sisi lain, media sosial memungkinkan siapa pun untuk menayangkan informasi tanpa memperhatikan latar belakang.
"Dalam dunia pers, terdapat tim redaksi dengan standar yang ketat. Namun, media sosial cenderung bersifat personal dan tidak terikat pada standar yang sama," tambahnya.
Selain itu, Kundori menyoroti perbedaan dalam hal regulasi dan kode etik. Produk pers harus tunduk pada Kode Etik Jurnalistik dan memiliki badan hukum yang sesuai, sedangkan media sosial tidak memiliki batasan hukum yang jelas.
"Produk pers melalui proses verifikasi sebelum dipublikasikan. Bahkan, wartawan pun diwajibkan memiliki sertifikasi yang menunjukkan kompetensinya," ungkap Kundori.
Baca Juga: Selebgram Pontianak Meme Daeng Tak Terima Dituduh Selingkuh, Siap Bawa Akun Gosip ke Jalur Hukum
Kundori memberikan saran kepada pengelola akun media sosial untuk menghasilkan konten yang lebih bermanfaat dan berkualitas. Dia menekankan pentingnya menjauhi konten-konten kontroversial dan lebih mengedepankan nilai-nilai etika dalam bermedia sosial.
"Dengan menghasilkan konten-konten yang bermanfaat, seperti promosi wisata, kuliner, atau jual-beli, kita dapat meningkatkan kualitas dan manfaat dari produk media sosial yang dihasilkan," tutupnya.
Kontroversi ini menciptakan kesadaran akan perlunya etika dalam menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi, dengan harapan bahwa pengguna akan lebih memperhatikan dampak dari setiap informasi yang mereka bagikan di platform tersebut.
Berita Terkait
-
Selebgram Pontianak Meme Daeng Tak Terima Dituduh Selingkuh, Siap Bawa Akun Gosip ke Jalur Hukum
-
Imlek Tanpa Naga Barongsai, Warga Kubu Raya Semangat Saksikan Kembang Api di Jalan Gajah Mada
-
Sudah Tertangkap, Ini Tampang Pencuri Motor Kurir Paket di Pontianak
-
CCTV Rekam Detik-detik Menegangkan Perampokan Toko Emas di Pontianak, Polisi Kejar Pelaku
-
Viral Maling di Pontianak Nekat 3 Kali Curi Gerobak Arco di Tempat yang Sama, Langganan?
Terpopuler
- Tahta Bambang Pacul di Jateng Runtuh Usai 'Sentilan' Pedas Megawati
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
- 5 Sepatu Onitsuka Tiger Terbaik untuk Jalan Kaki Seharian: Anti Pegal dan Tetap Stylish
- Bukan Dean Zandbergen, Penyerang Keturunan Ini akan Dampingi Miliano Jonathans di Timnas Indonesia?
- Elkan Baggott Curhat ke Jordi Amat: Saya Harus Seperti Apa?
Pilihan
-
Anggaran MBG vs BPJS Kesehatan: Analisis Alokasi Jumbo Pemerintah di RAPBN 2026
-
Sri Mulyani Disebut Pihak yang Restui Tunjangan Rumah DPR Rp50 Juta Per Bulan
-
Sri Mulyani Berencana Naikkan Iuran BPJS Kesehatan 4 Bulan Lagi
-
Viral Noel Ebenezer Sebut Prabowo Ancaman Demokrasi dan Kemanusiaan
-
Naturalisasi PSSI Belum Rampung, Miliano Jonathans Dipanggil Timnas Belanda
Terkini
-
Euromoney Awards for Excellence 2025 Apresiasi BRI dengan 3 Penghargaan Prestisius
-
BRI Taipei Branch Diresmikan: Layanan Perbankan Praktis untuk PMI di Taiwan
-
BRI Permudah Akses Hunian, Tawarkan Suku Bunga KPR 2,40% di Expo Bandung 2025
-
Peringati Kemerdekaan, BRI Tunjukkan 8 Langkah Nyata Perkuat Kesejahteraan dan Kemandirian Bangsa
-
BRI Bina Pengusaha Muda, Gulalibooks Menembus Pasar Literasi Anak Asia Tenggara