Selain itu, Salmin berpendapat bahwa saat ini tangkapan memang sedang sulit, dan hasilnya dianggap berbeda jauh dibandingkan dengan beberapa tahun belakangan.
“Kalau untuk penghasilan sih udah mulai ada berasa berkurang ya, jauh sekali kalau dibandingkan dulu. Dulu sih 1 hari bisa Rp 300-400 ribu itu udah bersih, sekarang untuk Rp 30-50 ribu aja susah, sulit sekali,” terang Salmin.
Mengakali berkurangnya pendapatan saat menangkap hasil laut dengan jaring, Salmin berucap tak jarang nelayan akan memilih melakukan aktifitas menyelam untuk mencari keripang atau mutiara.
“Kalau nelayan sini sih gak ada alternatifnya, makanya saya kadang pindah nyelam cari mutiara pakai kompresor. Bahaya sih pasti, Cuma kita cari makan,” ujar Salmin tersenyum sungkan.
Baca Juga: Nelayan Perempuan Pulau Gelam Paling Terancam Tambang
Sayangnya, aktifitas menyelam yang dilakukan oleh para nelayan ini cukup berbahaya karena dengan bermodalkan kompresor dan hanya muncul di permukaan sebanyak dua kali selama menyelam seharian di dasar laut.
“udah banyak yg terjadi meninggal karena menyelam itu. Sering saya kena keram tuh, dulu hampir 1 bulan gak bisa jalan. Itu pilihan kalau lagi gak ada ikan,” tambahnya.
Dampak Kehadiran Tambang Pasir Kuarsa bagi Nelayan
Meskipun sejumlah nelayan tradisional masih abu-abu terkait dampak kehadiran tambang pasir kuarsa di Pulau Gelam, tanggapan tersebut berbeda dengan Setra Kusumardana, Ketua Yayasan WeBe Konservasi Ketapang.
Kerap melakukan pemantauan di sekitaran Pulau Gelam, Setra membenarkan saat ini memang belum terdapat dampak apapun terkait kehadiran para penambang yang diisukan tengah mengambil sampel tersebut. Namun, bukan tak mungkin kehadiran tambang dapat mempengaruhi kesehateraan nelayan sekitar.
“Kalau mereka sudah mulai menambang, pertama akan terjadi penggalian besar, terus terjadi penurunan degredasi garis pantai. Kemudian kerusakan lanjutannya adalah sedimentasi lanjutan ke laut dari kegiatan penambangan. Belum lagi transportasi laut angkutannya,” terang Setra saat berada di pondok Pos Dinas Kelautan dan Perikanan yang berlokasi di Pulau Cempedak.
Baca Juga: Pulau Gelam Ditambang, Penyu Ikut Terancam Menghilang
Tak hanya itu, kehadiran pertambangan sendiri dinilai turut mampu merusak ekosistem penting alam yang turut serta berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan.
Berita Terkait
-
6 Kode Redeem FF April 2025, Batu SG Gurun Pasir dan Hadiah Langka Menanti!
-
Mau SG2 Gurun Pasir Gratis? Klaim Link DANA Kaget FreeFire Sekarang!
-
Tol di Sumatera, Kalimantan, dan Bali Dipadati Kendaraan! Ini Pemicunya
-
Booyah Auto Win? Klaim Kode Redeem SG2 Gurun Pasir FF Sekarang!
-
6 Kode Redeem Free Fire Masih Aktif 3 April 2025, Dapat Hadiah Baru?
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaik April 2025
-
Kurs Rupiah Selangkah Lagi Rp17.000 per Dolar AS, Donald Trump Biang Keroknya
-
Libur Lebaran Usai, Harga Emas Antam Merosot Rp23.000 Jadi Rp1.758.000/Gram
-
Jadwal Timnas Indonesia U-17 vs Yaman, Link Live Streaming dan Prediksi Susunan Pemain
-
Minuman Berkemasan Plastik Berukuran Kurang dari 1 Liter Dilarang Diproduksi di Bali
Terkini
-
Desa Wunut Bagikan THR dan Jaminan Sosial, Bukti Nyata Inovasi Desa Berkat Program BRI
-
Panduan Jelajah Bukit Kelam: Destinasi Wisata di Sintang yang Menakjubkan
-
Mengenal Tradisi Gawai Dayak: Tempat Liburan Sekaligus Menyelami Budaya Lokal
-
Rute Perjalanan Darat dari Pontianak ke Kapuas Hulu: Apa yang Perlu Kamu Siapkan?
-
Kuliner Khas Kalimantan Barat: 7 Makanan yang Wajib Dicoba Saat Liburan