Scroll untuk membaca artikel
Bella
Sabtu, 17 Agustus 2024 | 20:23 WIB
D.S Mattalim, Ketua Cabang Veteran Kota Pontianak. (Suara.com/Maria)

"Jadi ketika kapal kami melewati Selat Singapura, itu ada dua pesawat jet tempur Inggris yang menukik dari arah haluan ke arah kapal kita. Mondar mandir. Saya waktu itu sebagai penangkis serangan udara, minta izin kepada Komandan, 'Komandan bagaimana kalau ini kita sikat saja?' soalnya mereka ngeledek," kenangnya.

Dengan senjata tempur dan sekitar 400 amunisi di tangannya, Mattalim berharap mendapatkan persetujuan. Namun, komandannya menolak.

"'Gila kamu, kamu dipecat nanti. Ini urusan negara'," ujar Mattalim menirukan Komandannya.

Keinginan Mattalim untungnya berhasil dicegah oleh komandannya. Ia kemudian menyadari bahwa jika ia benar-benar menembak pesawat-pesawat tersebut, akibatnya bisa sangat fatal.

Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin dan Istri Hadiri Peringatan HUT Ke-79 RI dengan Busana Adat Melayu Teluk Belanga dari Kalbar

"Memang betul, jika memang terjadi (penembakan dan pesawat jatuh), maka Singapura terbakar, daerah kita Tanjung Pinang juga akan terbakar besar karena disana itu kilang minyak besar," ujarnya terkekeh bersyukur tak mengambil langkah yang kini diakuinya salah tersebut.

Setahun setelah bertugas di perairan Kepulauan Riau, Mattalim dipindahtugaskan ke Pontianak. Namun, sekali lagi ia mengalami kejadian yang tak terlupakan.

Ia mengaku tanpa sengaja menjadi salah satu orang yang mengantar Brigadir Jenderal Moestafa Sjarief Soepardjo atau Brigjen Soepardjo, yang ternyata adalah tokoh penting PKI, ke perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat.

"Kami waktu itu disuruh mengawal Panglima Tempur Brigjen Soepardjo ke perbatasan dengan membawa Dharma Wanita. Dan ternyata dia gembongnya PKI," ujarnya.

Dharma Wanita yang mendampingi Brigjen Soepardjo menarik perhatian Mattalim. Awalnya, ia dan rekan-rekannya ditugaskan untuk mengantar sekitar 20 orang Dharma Wanita dari Jakarta ke perbatasan. Namun, ternyata kedatangan mereka tidak bermaksud baik.

Baca Juga: Gemawan dan Institut Dayakologi Bekali Perempuan Muda untuk Jadi Pelopor Restorasi Hutan dan Lahan Gambut

"Rupanya disana 'Dharma Wanita' itu dia menghibur tentara-tentara di perbatasan sana, kita yang jaga dan kami menunggu di tepi sungai karena kita diperintah oleh atasan ya kita nurut tapi kita gak tahu, atasan juga gak tahu," jelasnya. jelasnya.

Load More