Scroll untuk membaca artikel
Bella
Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:41 WIB
Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalbar nomor urut 1, Sutarmidji dan Didi Haryono menjalani sesi tanya jawab dengan Norsan pada debat publik perdana Pilgub Kalbar 2024 (Foto: Tangkapan layar YouTube KPU Kalbar)

SuaraKalbar.id - Dalam debat publik Pilgub Kalbar 2024 yang berlangsung di Kubu Raya, calon gubernur nomor urut 1, Sutarmidji, mengkritik program pengentasan pengangguran yang disampaikan oleh pasangan nomor urut 2, Norsan-Krisantus. Saat diberikan kesempatan untuk bertanya, Sutarmidji menyinggung program Norsan-Krisantus terkait pengentasan tingkat pengangguran terbuka, yang rencananya akan difokuskan pada pendidikan vokasi dan kejuruan.

Menjawab pertanyaan tersebut, Norsan menjelaskan bahwa ia akan mengaktifkan kembali pendidikan vokasi dan kejuruan untuk memastikan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bisa langsung bekerja. Selain itu, Norsan juga berencana mendorong anak muda untuk berwirausaha dan membuka peluang investasi sebesar-besarnya untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal.

“Yang paling penting kebijakan pemerintah berpihak kepada masyarakat. Kalau kebijakan berpihak, maka pengangguran akan berkurang,” kata Norsan.

Namun, Sutarmidji menanggapi dengan menyebut bahwa program Norsan-Krisantus tersebut adalah konsep klasik yang sudah lama dibicarakan dan memerlukan inovasi baru. Ia menilai bahwa mengurangi angka pengangguran di Kalbar tidak bisa hanya mengandalkan pendidikan vokasi semata.

Baca Juga: Debat Panas Cagub Kalbar: Sutarmidji vs Ria Norsan, Siapa Jago Hilirisasi?

“Kalau saya kembali diberi amanah sebagai Gubernur, Balai Latihan Kerja (BLK) akan saya ubah menjadi pusat sertifikasi keahlian daerah,” tegas Sutarmidji.

Menurutnya, banyak lulusan perguruan tinggi di Kalbar yang kesulitan mendapatkan pekerjaan karena tidak memiliki sertifikasi keahlian, yang kerap menjadi syarat utama dari perusahaan, baik domestik maupun asing. Dengan adanya pusat sertifikasi ini, lulusan diharapkan lebih siap dan kompetitif di dunia kerja.

“Mahasiswa yang sudah mendapat gelar sarjana belum tentu dibekali sertifikasi keahlian. Ini yang sering menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Sertifikasi keahlian akan memastikan kemampuan mereka terukur, sehingga mereka lebih mudah bekerja di perusahaan-perusahaan,” tutup Sutarmidji.

Load More