Acara penyambutan sering kali disertai pembacaan shalawat, doa-doa selamat, dan penyajian hidangan khas Kalimantan Barat.
Nuansa kebersamaan sangat terasa, mencerminkan nilai syukur atas kepulangan jamaah dalam keadaan sehat dan penuh berkah.
Air zamzam, kurma, sajadah, dan tasbih menjadi oleh-oleh yang dinantikan oleh keluarga dan tetangga.
Pemberian ini bukan semata-mata suvenir, tetapi dianggap sebagai bentuk keberkahan dari Tanah Suci yang dibawa pulang untuk dibagikan kepada orang-orang terdekat.
Menilik Tradisi Serupa di Daerah Lain
Kekayaan tradisi ibadah haji juga ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Beberapa daerah memiliki cara unik dalam menyambut ibadah haji:
- Cirebon mengenal tradisi Gentongan Haji, di mana keluarga calon jamaah menempatkan gentong berisi air minum di depan rumah sebagai simbol berbagi berkah dan permohonan doa dari masyarakat sekitar.
- Di Makassar, dikenal istilah Haji Emas, terutama bagi perempuan yang baru pulang haji dan mengenakan perhiasan emas sebagai simbol kemuliaan setelah menjalankan ibadah.
- Madura memiliki Asajere, yakni arak-arakan jamaah yang baru tiba dari Mekkah dengan iringan musik tradisional dan doa-doa yang disampaikan secara kolektif.
- Sementara itu, di Banjarmasin, penyambutan dilakukan dengan lantunan rebana, pembacaan syair-syair shalawat, serta pembagian oleh-oleh khas Arab.
Setiap tradisi ini memperlihatkan bagaimana masyarakat Indonesia menginternalisasi nilai ibadah haji dengan sentuhan budaya lokal yang memperkuat spiritualitas dan kebersamaan.
Tradisi-tradisi haji di Kalbar, bukan hanya memperlihatkan kesalehan individual, tetapi juga kekuatan nilai-nilai komunal dalam menjalankan ajaran agama.
Dari walimatus safar, manasik haji, hingga prosesi penyambutan, semuanya mengandung pesan mendalam tentang syukur, solidaritas, dan penghormatan terhadap ibadah haji sebagai puncak spiritual umat Islam.
Perbandingan dengan daerah lain pun memperkaya pemahaman kita tentang cara-cara unik masyarakat Indonesia dalam menyambut ibadah ini.
Baca Juga: Kabupaten Bengkayang Jadi Tuan Rumah Anugerah Pesona Indonesia 2025, Kalbar Raih 9 Nominasi
Kekayaan budaya ini adalah cermin dari harmoni antara syariat Islam dan tradisi Nusantara yang terus lestari dari generasi ke generasi.
Berita Terkait
-
Kabupaten Bengkayang Jadi Tuan Rumah Anugerah Pesona Indonesia 2025, Kalbar Raih 9 Nominasi
-
Cemburu Jadi Motif Penyiraman Air Keras terhadap Kabid RSJ Kalbar, Polisi Tetapkan Tiga Tersangka
-
Kalbar Siap Kirim 2.519 Jemaah Haji Tahun Ini, Berikut 10 Doa Mustajab di Tanah Suci
-
Kalbar Hari Ini: Kadis Kominfo Ditahan, Anggota DPRD Singkawang Dituntut 10 Tahun
-
7 Pesona Wisata Alam di Bengkayang Kalimantan Barat
Terpopuler
- Kata-kata Miliano Jonathans Tolak Timnas Indonesia
- Mpok Alpa Siapanya Raffi Ahmad? Selalu Dibela Sampai Akhir Hayat
- Innalillahi, Komedian Mpok Alpa Meninggal Dunia
- Dulu Dihujat karena Biaya Persalinan Dibantu Raffi Ahmad, Rupanya Mpok Alpa Punya Cerita Memilukan
- Kapan Kenaikan Gaji PNS 2025? Ini Skema, Jadwal, dan Fakta Resminya
Pilihan
-
Debut Brutal Joan Garcia: Kiper Baru Barcelona Langsung Berdarah-darah Lawan Mallorca
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
-
Cerita Awal Alexander Isak, Zlatan Baru yang Terasingkan di Newcastle United
-
Di Balik Gemerlap Kemerdekaan: Veteran Ini Ungkap Realita Pahit Kehidupan Pejuang yang Terlupakan
Terkini
-
BRI Permudah Akses Hunian, Tawarkan Suku Bunga KPR 2,40% di Expo Bandung 2025
-
Peringati Kemerdekaan, BRI Tunjukkan 8 Langkah Nyata Perkuat Kesejahteraan dan Kemandirian Bangsa
-
BRI Bina Pengusaha Muda, Gulalibooks Menembus Pasar Literasi Anak Asia Tenggara
-
Produk UMKM Binaan BRI Tembus Bandara, Bukti Kualitas dan Daya Saing Lokal
-
Buta Huruf Mengintai NTB, BRI Turun Tangan Selamatkan Generasi Penerus di SDN 1 Malaka